PEMENUHAN
KEBUTUHAN ELIMINASI SESUAI TUMBUH KEMBANG
1.
Anatomi
dan Fisiologi Sistem Perkemihan (Urinaria)
A.
Pengertian Sistem Urinaria
Sistem perkemihan atau sistem urinaria, adalah suatu sistem dimana terjadinya proses penyaringan
darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan
menyerap zat-zat yang masih di pergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak
dipergunakan oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air
kemih).
B.
Susunan Sistem Perkemihan atau Sistem Urinaria
1.
GINJAL
Kedudukan ginjal terletak dibagian
belakang dari kavum abdominalis di belakang peritonium pada kedua sisi vertebra
lumbalis III, dan melekat langsung pada dinding abdomen.
Bentuknya seperti biji buah kacang merah (kara/ercis), jumlahnaya ada 2 buah kiri dan kanan, ginjal kiri lebih besar dari pada ginjal kanan.
Pada orang dewasa berat ginjal ± 200 gram. Dan pada umumnya ginjal laki – laki lebih panjang dari pada ginjal wanita.
Satuan struktural dan fungsional ginjal yang terkecil di sebut nefron. Tiap – tiap nefron terdiri atas komponen vaskuler dan tubuler. Komponen vaskuler terdiri atas pembuluh – pembuluh darah yaitu glomerolus dan kapiler peritubuler yang mengitari tubuli. Dalam komponen tubuler terdapat kapsul Bowman, serta tubulus – tubulus, yaitu tubulus kontortus proksimal, tubulus kontortus distal, tubulus pengumpul dan lengkung Henle yang terdapat pada medula.
Kapsula Bowman terdiri atas lapisan parietal (luar) berbentuk gepeng dan lapis viseral (langsung membungkus kapiler golmerlus) yang bentuknya besar dengan banyak juluran mirip jari disebut podosit (sel berkaki) atau pedikel yang memeluk kapiler secara teratur sehingga celah – celah antara pedikel itu sangat teratur.
Kapsula bowman bersama glomerolus disebut korpuskel renal, bagian tubulus yang keluar dari korpuskel renal disabut dengan tubulus kontortus proksimal karena jalannya yang berbelok – belok, kemudian menjadi saluran yang lurus yang semula tebal kemudian menjadi tipis disebut ansa Henle atau loop of Henle, karena membuat lengkungan tajam berbalik kembali ke korpuskel renal asal, kemudian berlanjut sebagai tubulus kontortus distal.
a. Bagian – Bagian Ginjal
Bila sebuh ginjal kita iris memanjang, maka aka tampak bahwa ginjal terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian kulit (korteks), sumsum ginjal (medula), dan bagian rongga ginjal (pelvis renalis).
1. Kulit Ginjal (Korteks)
Pada kulit ginjal terdapat bagian yang bertugas melaksanakan penyaringan darah yang disebut nefron. Pada tempat penyarinagn darah ini banyak mengandung kapiler – kapiler darah yang tersusun bergumpal – gumpal disebut glomerolus. Tiap glomerolus dikelilingi oleh simpai bownman, dan gabungan antara glomerolus dengan simpai bownman disebut badan malphigi
Penyaringan darah terjadi pada badan malphigi, yaitu diantara glomerolus dan simpai bownman. Zat – zat yang terlarut dalam darah akan masuk kedalam simpai bownman. Dari sini maka zat – zat tersebut akan menuju ke pembuluh yang merupakan lanjutan dari simpai bownman yang terdapat di dalam sumsum ginjal.
2. Sumsum Ginjal (Medula)
Sumsum ginjal terdiri beberapa badan berbentuk kerucut yang disebut piramid renal. Dengan dasarnya menghadap korteks dan puncaknya disebut apeks atau papila renis, mengarah ke bagian dalam ginjal. Satu piramid dengan jaringan korteks di dalamnya disebut lobus ginjal. Piramid antara 8 hingga 18 buah tampak bergaris – garis karena terdiri atas berkas saluran paralel (tubuli dan duktus koligentes). Diantara pyramid terdapat jaringan korteks yang disebut dengan kolumna renal. Pada bagian ini berkumpul ribuan pembuluh halus yang merupakan lanjutan dari simpai bownman. Di dalam pembuluh halus ini terangkut urine yang merupakan hasil penyaringan darah dalam badan malphigi, setelah mengalami berbagai proses.
3. Rongga Ginjal (Pelvis Renalis)
Pelvis Renalis adalah ujung ureter yang berpangkal di ginjal, berbentuk corong lebar. Sabelum berbatasan dengan jaringan ginjal, pelvis renalis bercabang dua atau tiga disebut kaliks mayor, yang masing – masing bercabang membentuk beberapa kaliks minor yang langsung menutupi papila renis dari piramid. Kliks minor ini menampung urine yang terus kleuar dari papila. Dari Kaliks minor, urine masuk ke kaliks mayor, ke pelvis renis ke ureter, hingga di tampung dalam kandung kemih (vesikula urinaria).
b. Fungsi Ginjal:
Bentuknya seperti biji buah kacang merah (kara/ercis), jumlahnaya ada 2 buah kiri dan kanan, ginjal kiri lebih besar dari pada ginjal kanan.
Pada orang dewasa berat ginjal ± 200 gram. Dan pada umumnya ginjal laki – laki lebih panjang dari pada ginjal wanita.
Satuan struktural dan fungsional ginjal yang terkecil di sebut nefron. Tiap – tiap nefron terdiri atas komponen vaskuler dan tubuler. Komponen vaskuler terdiri atas pembuluh – pembuluh darah yaitu glomerolus dan kapiler peritubuler yang mengitari tubuli. Dalam komponen tubuler terdapat kapsul Bowman, serta tubulus – tubulus, yaitu tubulus kontortus proksimal, tubulus kontortus distal, tubulus pengumpul dan lengkung Henle yang terdapat pada medula.
Kapsula Bowman terdiri atas lapisan parietal (luar) berbentuk gepeng dan lapis viseral (langsung membungkus kapiler golmerlus) yang bentuknya besar dengan banyak juluran mirip jari disebut podosit (sel berkaki) atau pedikel yang memeluk kapiler secara teratur sehingga celah – celah antara pedikel itu sangat teratur.
Kapsula bowman bersama glomerolus disebut korpuskel renal, bagian tubulus yang keluar dari korpuskel renal disabut dengan tubulus kontortus proksimal karena jalannya yang berbelok – belok, kemudian menjadi saluran yang lurus yang semula tebal kemudian menjadi tipis disebut ansa Henle atau loop of Henle, karena membuat lengkungan tajam berbalik kembali ke korpuskel renal asal, kemudian berlanjut sebagai tubulus kontortus distal.
a. Bagian – Bagian Ginjal
Bila sebuh ginjal kita iris memanjang, maka aka tampak bahwa ginjal terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian kulit (korteks), sumsum ginjal (medula), dan bagian rongga ginjal (pelvis renalis).
1. Kulit Ginjal (Korteks)
Pada kulit ginjal terdapat bagian yang bertugas melaksanakan penyaringan darah yang disebut nefron. Pada tempat penyarinagn darah ini banyak mengandung kapiler – kapiler darah yang tersusun bergumpal – gumpal disebut glomerolus. Tiap glomerolus dikelilingi oleh simpai bownman, dan gabungan antara glomerolus dengan simpai bownman disebut badan malphigi
Penyaringan darah terjadi pada badan malphigi, yaitu diantara glomerolus dan simpai bownman. Zat – zat yang terlarut dalam darah akan masuk kedalam simpai bownman. Dari sini maka zat – zat tersebut akan menuju ke pembuluh yang merupakan lanjutan dari simpai bownman yang terdapat di dalam sumsum ginjal.
2. Sumsum Ginjal (Medula)
Sumsum ginjal terdiri beberapa badan berbentuk kerucut yang disebut piramid renal. Dengan dasarnya menghadap korteks dan puncaknya disebut apeks atau papila renis, mengarah ke bagian dalam ginjal. Satu piramid dengan jaringan korteks di dalamnya disebut lobus ginjal. Piramid antara 8 hingga 18 buah tampak bergaris – garis karena terdiri atas berkas saluran paralel (tubuli dan duktus koligentes). Diantara pyramid terdapat jaringan korteks yang disebut dengan kolumna renal. Pada bagian ini berkumpul ribuan pembuluh halus yang merupakan lanjutan dari simpai bownman. Di dalam pembuluh halus ini terangkut urine yang merupakan hasil penyaringan darah dalam badan malphigi, setelah mengalami berbagai proses.
3. Rongga Ginjal (Pelvis Renalis)
Pelvis Renalis adalah ujung ureter yang berpangkal di ginjal, berbentuk corong lebar. Sabelum berbatasan dengan jaringan ginjal, pelvis renalis bercabang dua atau tiga disebut kaliks mayor, yang masing – masing bercabang membentuk beberapa kaliks minor yang langsung menutupi papila renis dari piramid. Kliks minor ini menampung urine yang terus kleuar dari papila. Dari Kaliks minor, urine masuk ke kaliks mayor, ke pelvis renis ke ureter, hingga di tampung dalam kandung kemih (vesikula urinaria).
b. Fungsi Ginjal:
- Mengekskresikan zat – zat sisa metabolisme yang mengandung nitrogennitrogen, misalnya amonia.
- Mengekskresikan zat – zat yang jumlahnya berlebihan (misalnya gula dan vitamin) dan berbahaya (misalnya obat – obatan, bakteri dan zat warna).
- Mengatur keseimbangan air dan garam dengan cara osmoregulasi.
- Mengatur tekanan darah dalam arteri dengan mengeluarkan kelebihan asam atau basa.
2.
URETER
Terdiri dari 2 saluran pipa masing –
masing bersambung dari ginjal ke kandung kemih (vesika urinaria) panjangnya ±
25 – 30 cm dengan penampang ± 0,5 cm. Ureter sebagian terletak dalam rongga
abdomen dan sebagian terletak dalam rongga pelvis.
Lapisan dinding ureter terdiri dari :
Lapisan dinding ureter terdiri dari :
- Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)
- Lapisan tengah otot polos
- Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa
Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan – gerakan peristaltik tiap 5 menit sekali yang akan mendorong air kemih masuk ke dalam kandung kemih (vesika urinaria).
Gerakan peristaltik mendorong urin melalui ureter yang dieskresikan oleh ginjal dan disemprotkan dalam bentuk pancaran, melalui osteum uretralis masuk ke dalam kandung kemih.
Ureter berjalan hampir vertikal ke bawah sepanjang fasia muskulus psoas dan dilapisi oleh pedtodinium. Penyempitan ureter terjadi pada tempat ureter terjadi pada tempat ureter meninggalkan pelvis renalis, pembuluh darah, saraf dan pembuluh sekitarnya mempunyai saraf sensorik.
3.
VESIKULA URINARIA ( Kantung Kemih )
Kandung kemih dapat mengembang dan
mengempis seperti balon karet, terletak di belakang simfisis pubis di dalam
ronga panggul.
Bentuk kandung kemih seperti kerucut yang dikelilingi oleh otot yang kuat, berhubungan ligamentum vesika umbikalis medius.
Bagian vesika urinaria terdiri dari :
Bentuk kandung kemih seperti kerucut yang dikelilingi oleh otot yang kuat, berhubungan ligamentum vesika umbikalis medius.
Bagian vesika urinaria terdiri dari :
- Fundus, yaitu bagian yang mengahadap kearah belakang dan bawah, bagian ini terpisah dari rektum oleh spatium rectosivikale yang terisi oleh jaringan ikat duktus deferent, vesika seminalis dan prostate.
- Korpus, yaitu bagian antara verteks dan fundus.
- Verteks, bagian yang maju kearah muka dan berhubungan dengan ligamentum vesika umbilikalis.
- Dinding kandung kemih terdiri dari beberapa lapisan yaitu, peritonium (lapisan sebelah luar), tunika muskularis, tunika submukosa, dan lapisan mukosa (lapisan bagian dalam).
Proses Miksi (Rangsangan Berkemih).
Distensi kandung kemih, oleh air kemih akan merangsang stres reseptor yang terdapat pada dinding kandung kemih dengan jumlah ± 250 cc sudah cukup untuk merangsang berkemih (proses miksi). Akibatnya akan terjadi reflek kontraksi dinding kandung kemih, dan pada saat yang sama terjadi relaksasi spinser internus, diikuti oleh relaksasi spinter eksternus, dan akhirnya terjadi pengosongan kandung kemih.
Rangsangan yang menyebabkan kontraksi kandung kemih dan relaksasi spinter interus dihantarkan melalui serabut – serabut para simpatis. Kontraksi sfinger eksternus secara volunter bertujuan untuk mencegah atau menghentikan miksi. kontrol volunter ini hanya dapat terjadi bila saraf – saraf yang menangani kandung kemih uretra medula spinalis dan otak masih utuh.
Bila terjadi kerusakan pada saraf – saraf tersebut maka akan terjadi inkontinensia urin (kencing keluar terus – menerus tanpa disadari) dan retensi urine (kencing tertahan).
Persarafan dan peredaran darah vesika urinaria, diatur oleh torako lumbar dan kranial dari sistem persarafan otonom. Torako lumbar berfungsi untuk relaksasi lapisan otot dan kontraksi spinter interna.
Peritonium melapis kandung kemih sampai kira – kira perbatasan ureter masuk kandung kemih. Peritoneum dapat digerakkan membentuk lapisan dan menjadi lurus apabila kandung kemih terisi penuh. Pembuluh darah Arteri vesikalis superior berpangkal dari umbilikalis bagian distal, vena membentuk anyaman dibawah kandung kemih. Pembuluh limfe berjalan menuju duktus limfatilis sepanjang arteri umbilikalis.
4.
URETRA
Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung
kemih yang berfungsi menyalurkan air kemih keluar.
Pada laki- laki uretra bewrjalan berkelok – kelok melalui tengah – tengah prostat kemudian menembus lapisan fibrosa yang menembus tulang pubis kebagia penis panjangnya ± 20 cm.
Uretra pada laki – laki terdiri dari :
1. Uretra Prostaria
2. Uretra membranosa
3. Uretra kavernosa
Lapisan uretra laki – laki terdiri dari lapisan mukosa (lapisan paling dalam), dan lapisan submukosa.
Uretra pada wanita terletak dibelakang simfisis pubisberjalan miring sedikit kearah atas, panjangnya ± 3 – 4 cm. Lapisan uretra pada wanita terdiri dari Tunika muskularis (sebelah luar), lapisan spongeosa merupakan pleksus dari vena – vena, dan lapisan mukosa (lapisan sebelah dalam).Muara uretra pada wanita terletak di sebelah atas vagina (antara klitoris dan vagina) dan uretra di sini hanya sebagai saluran ekskresi.
Pada laki- laki uretra bewrjalan berkelok – kelok melalui tengah – tengah prostat kemudian menembus lapisan fibrosa yang menembus tulang pubis kebagia penis panjangnya ± 20 cm.
Uretra pada laki – laki terdiri dari :
1. Uretra Prostaria
2. Uretra membranosa
3. Uretra kavernosa
Lapisan uretra laki – laki terdiri dari lapisan mukosa (lapisan paling dalam), dan lapisan submukosa.
Uretra pada wanita terletak dibelakang simfisis pubisberjalan miring sedikit kearah atas, panjangnya ± 3 – 4 cm. Lapisan uretra pada wanita terdiri dari Tunika muskularis (sebelah luar), lapisan spongeosa merupakan pleksus dari vena – vena, dan lapisan mukosa (lapisan sebelah dalam).Muara uretra pada wanita terletak di sebelah atas vagina (antara klitoris dan vagina) dan uretra di sini hanya sebagai saluran ekskresi.
C.
Urine (Air Kemih)
1. Sifat – sifat air kemih
- Jumlah eksresi dalam 24 jam ± 1.500 cc tergantung dari masuknya (intake) cairan serta faktor lainnya.
- Warna bening muda dan bila dibiarkan akan menjadi keruh.
- Warna kuning terantung dari kepekatan, diet obat – obatan dan sebagainya.
- Bau khas air kemih bila dibiarkan terlalu lama maka akan berbau amoniak.
- Berat jenis 1.015 – 1.020.
- Reaksi asam bila terlalu lama akan menjadi alkalis, tergantung pada diet (sayur menyebabkan reaksi alkalis dan protein memberi reaksi asam).
2. Komposisi air kemih
- Air kemih terdiri dari kira – kira 95 % air
- Zat – zat sisa nitrogen dari hasil metabolisme protein asam urea, amoniak dan kreatinin
- Elektrolit, natrium, kalsium, NH3, bikarbonat, fosfat dan sulfat
- Pigmen (bilirubin, urobilin)
- Toksin
- Hormon
3. Mekanisme Pembentukan Urine
Dari sekitar 1200ml darah yang melalui glomerolus setiap menit terbentuk 120 – 125ml filtrat (cairan yang telah melewati celah filtrasi). Setiap harinyadapat terbentuk 150 – 180L filtart. Namun dari jumlah ini hanya sekitar 1% (1,5 L) yang akhirnya keluar sebagai kemih, dan sebagian diserap kembali.
4. Tahap – tahap Pembentukan Urine
a. Proses filtrasi
Terjadi di glomerolus, proses ini terjadi karena permukaan aferent lebih besar dari permukaan aferent maka terjadi penyerapan darah, sedangkan sebagian yang tersaring adalah bagian cairan darah kecuali protein, cairan yang tersaring ditampung oleh simpai bowman yang terdiri dari glukosa, air, sodium, klorida, sulfat, bikarbonat dll, diteruskan ke seluruh ginjal.
b. Proses reabsorpsi
Terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glukosa, sodium, klorida, fosfat dan beberapa ion karbonat. Prosesnya terjadi secara pasif yang dikenal dengan obligator reabsorpsi terjadi pada tubulus atas. Sedangkan pada tubulus ginjal bagian bawah terjadi kembali penyerapan dan sodium dan ion karbonat, bila diperlukan akan diserap kembali kedalam tubulus bagian bawah, penyerapannya terjadi secara aktif dikienal dengan reabsorpsi fakultatif dan sisanya dialirkan pada pupila renalis.
c. Augmentasi (Pengumpulan)
Proses ini terjadi dari sebagian tubulus kontortus distal sampai tubulus pengumpul. Pada tubulus pengumpul masih terjadi penyerapan ion Na+, Cl-, dan urea sehingga terbentuklah urine sesungguhnya.
Dari tubulus pengumpul, urine yang dibawa ke pelvis renalis lalu di bawa ke ureter. Dari ureter, urine dialirkan menuju vesika urinaria (kandung kemih) yang merupakan tempat penyimpanan urine sementara. Ketika kandung kemih sudah penuh, urine dikeluarkan dari tubuh melalui uretra.
4. Mikturisi
Peristiwa penggabungan urine yang mengalir melalui ureter ke dalam kandung kemih., keinginan untuk buang air kecil disebabkan penambahan tekanan di dalam kandung kemih dimana saebelumnmya telah ada 170 – 23 ml urine.
Mikturisi merupakan gerak reflek yang dapat dikendalikan dan dapat ditahan oleh pusat – pusat persyarafan yang lebih tinggi dari manusia, gerakannya oleh kontraksi otot abdominal yang menekan kandung kemih membantu mengosongkannya.
5. Ciri – ciri Urine Normal
Rata – rata dalam satu hari 1 – 2 liter, tapi berbeda – beda sesuai dengan jumlah cairan yang masuk. Warnanya bening oranye pucat tanpa endapan, baunya tajam, reaksinya sedikit asam terhadap lakmus dengan pH rata – rata 6.
2.
Anatomi
dan Fisiologi Kulit
Kulit
merupakan organ tubuh yang terletak paling luar dan merupakan proteksi terhadap
organ-organ yang terdapat dibawahnya dan membangun sebuah barrier yang
memisahkan organ-organ internal dengan lingkungan luar dan turut berpartisipasi
dalam banyak fungsi tubuh yang vital.
• Luas kulit orang dewasa 1,5 -2 m2 dengan berat
kira-kira 15 % dari berat badan manusia
• Tebal bervariasi antara ½ - 3 mm.
• Kulit sangat kompleks, elastis dan sensitif bervariasi
pada keadaan iklim, umur, sex, ras dan juga bergantung pada lokasi tubuh
Kulit dapat bergerak dan meregang
tergantung pada :
•
Tebal kulit
•
Jumlah lipatan kulit
•
Elastisitas kulit
•
Perlekatan kulit dengan jaringan dibawahnya
•
Umur individu.
Lapisan Kulit terdiri dari :
-
Epidermis
-
Dermis
-
Jaringan subcutan.
EPIDERMIS
Terdiri dari 5 lapisan (stratum)
berturut-turut dari atas ke bawah :
•Stratum corneum
•Stratum lucidum
•Stratum garanulosum
•Stratum spinosum/ spongiosum
•Stratum basale
Stratum Corneum
•Lapisan paling luar terdiri dari sel-sel gepeng dan tidak
berinti lagi, sudah mati dan protoplasmanya telah berubah menjadi keratin.
•Makin keatas makin halus dan lama-lama terlepas dari kulit
berupa sisik-sisik yang sangat halus.
•Diperkirakan, tubuh melepaskan 50-60 milyar keratinosit
(korneosit) setiap hari
Stratum Lucidum
•Hanya terdapat pada kulit yang tebal.
•Mikroskop elektron menunjukkan
bahwa sel-selnya sejenis dengan sel-sel yang berada di stratum corneum.
Stratum Granulosum
•Terdiri dari tiga sampai empat lapisan atau keratocytes
yang dipipihkan.
•Keratocytes ini berperan besar
terhadap susunan keratin di dalam lapisan atas epidermis.
Stratum Spinosum
•Terdiri atas beberapa lapis sel yang berbentuk poligonal
yang besarnya berbeda-beda, karena adanya proses mitosis.
•Protoplasmanya jernih karena banyak mengandung glikogen dan
inti terletak ditengah-tengah.
•Diantara sel spinosum terdapat sel
langerhans mengaktifkan sistem imun
Stratum Basale
•Lapisan terdalam epidermis
•10-20 % sel di stratum basale melanin, sel warna untuk kulit (pigmen).àadalah melanocytes
•Butiran melanin berkumpul pada
permukaan setiap keratinocytes.
DERMIS
•
Dermis membentuk bagian terbesar kulit dengan memberikan kekuatan dan
struktur pada kulit. Lapisan ini tersusun dari dua lapisan yaitu :
- Lapisan papillaris yaitu bagian
yang menonjol ke epidermis merupakan jaringan fibrous tersusun longgar yang
berisi ujung serabut saraf dan pembuluh darah.
- Lapisan retikularis yaitu bagian
di bawah lapisan papilaris yang menonjol ke arah subcutan, lebih tebal dan
banyak jaringan ikat.
•
Dermis juga tersusun dari pembuluh darah serta limfe, serabut saraf,
kelenjar keringat serta sebasea dan akar rambut.
JARINGAN SUBCUTAN/ HIPODERMIS
•
Merupakan lapisan kulit yang paling dalam. Lapisan ini terutama berupa
jaringan adiposa yang memberikan bantalan antara lapisan kulit dan struktur
internal seperti otot dan tulang. Jaringan subcutan dan jumlah lemak yang
tertimbun merupakan faktor penting dalam pengaturan suhu tubuh.
ADNEKSA KULIT
1.) Kelenjar pada kulit
a. Kelenjar Sebasea
–Kelenjar sebasea, berkaitan dengan folikel rambut, ductus kelenjar
sebasea akan mengosongkan sekret minyaknya ke dalam ruangan antara folikel
rambut dan batang rambut
–untuk setiap lembar rambut terdapat sebuah kelenjar sebasea yang
sekretnya akan melumasi rambut dan membuat rambut menjadi lunak serta lentur
b. Kelenjar keringat
–Ditemukan pada kulit sebagian besar
permukaan tubuh. Kelenjar ini terutama terdapat pada telapak tangan dan kaki.
Hanya glans penis, bagian tepi bibir (margo labium oris), telinga luar dan
dasar kuku yang tidak mengandung kelenjar keringat
Kelenjar Keringat diklasifikasikan
menjadi 2 :
1. Kelenjar ekrin
- Ditemukan
pada semua daerah kulit. Saluran keluarnya bermuara langsung ke permukaan
kulit. Keringat dikeluarkan dari kelenjar ekrin sebagai reaksi terhadap
kenaikan suhu sekitarnya dan kenaikan suhu tubuh.
2. Kelenjar
apokrin
–Kelenjar apokrin terdapat di daerah aksila, anus, skrotum dan labia
mayora. Kelenjar apokrin menjadi aktif pada pubertas. Kelenjar ini memproduksi
keringat yang keruh dan diuraikan oleh bakteri sehingga menghasilkan bau yang
khas.
2.) Rambut
- Rambut terdiri atas akar rambut yang terbentuk dari dermis dan batang
rambut yang menjulur keluar dari dalam kulit. Rambut tumbuh dalam sebuah rongga
yang dinamakan folikel rambut. Proliferasi sel-sel dalam bulbus pili
menyebabkan pembentukan rambut.
- Folikel rambut akan mengalami siklus pertumbuhan dan istirahat. Kecepatan
pertumbuhan rambut bervariasi, pertumbuhan rambut janggut berlangsung paling
cepat dan kecepatan pertumbuhan ini diikuti oleh rambut pada kulit kepala,
aksila serta alis mata. Pada kulit kepala pertumbuhan rambut biasanya 3 mm
perhari.
- Fase pertumbuhan (anagen) dapat berlangsung sampai selama
6 tahun untuk rambut kulit kepala, sementara fase istirahat (telogen) kurang
lebih selama 4 bulan.
-
Selama fase telogen, rambut akan rontok dari tubuh.
3. Kuku
- Kuku adalah bagian terminal lapisan tanduk (stratum corneum) yang
menebal. Bagian kuku yang terbenam dalam kulit jari disebut akar kuku
(nailroot), bagian yang terbuka di atas dasar jaringan lunak kulit pada ujung
jari disebut badan kuku (nailplate) dan yang paling ujung adalah bagian kuku
yang bebas. Kuku tumbuh dari akar kuku keluar dengan kecepatan tumbuh kira-kira
1 mm perminggu.
Fungsi Kulit :
• Perlindungan (proteksi)
- Kulit melindungi tubuh dari segala
pengaruh luar, misalnya bahan kimia, mekanis, bakteriologis dan lingkungan
sekitarnya yang senantiasa berubah-ubah. Fungsi proteksi ini terutama dilakukan
oleh stratum corneum, dalam hal ini juga dimungkinkan karena adanya bantalan
lemak, tebalnya lapisan kulit dan serabut-serabut jaringan penunjang yang
berperan sebagai pelindung terhadap gangguan fisis
• Sensibilitas/fungsi sensori
- Ujung-ujung reseptor serabut saraf
pada kulit memungkinkan tubuh untuk memantau secara terus menerus keadaan
lingkungan disekitarnya. Fungsi utama reseptor pada kulit adalah untuk
mengindera suhu, rasa nyeri, sentuhan yang ringan dan tekanan. Berbagai ujung
saraf bertanggung jawab untuk bereaksi terhadap setiap stimuli yang berbeda.
• Keseimbangan air
- Stratum corneum memiliki kemampuan untuk menyerap air dan dengan demikian
akan mencegah kehilangan air serta elektrolit yang berlebihan dari bagian
internal tubuh dan mempertahankan kelembaban dalam jaringan subkutan. Bila
kulit mengalami kerusakan misalnya pada luka bakar, cairan dan elektrolit dalam
jumlah yang besar dapat hilang dengan cepat.
• Pengaturan suhu (thermoregulator)
- Tubuh secara terus menerus akan menghasilkan panas sebagai hasil
metabolisme makanan yang memproduksi energi. Panas ini akan hilang terutama
lewat kulit.
• Fungsi komunikasi oleh ekspresi respon otonom.
• Produksi vitamin
- Kulit yang terpajan sinar ultraviolet dapat mengubah substansi yang
diperlukan untuk mensintesis vitamin D (kolekalsiferol).
• Fungsi respons immun
- Beberapa sel dermal (sel langerhans, interleukin-1 yang memproduksi
keratinosit dan sub kelompok limfosit T) merupakan komponen penting dalam
sistem immun
Sistem immun lokal
• SALT (skin associated lymphatic tissue)
• MALT (mucosa associated
lymphatic tissue)
SALT (Skin Associated Lymphatic
Tissue)
• Struktur khusus SALT atau SIS
(Skin associated immune system) yaitu:
- Antigen presenting sel (sel Langerhans, monosit, jaringan makrofag)
-
Sel efektor (Sel T, sel B, NK
cells, granulosit, sel mast)
-
Keratinosit (produksi sitokin)
• Kulit beserta
struktur anatominya berperan sebagai pertahanan utama terhadap infeksi.
• Sel Langerhans
secara normal terdapat dikulit dan setelah diaktivasi akan berpindah ke nodus
limfe dan kontak dengan sel T (sebagai pertahanan spesifik).
• Sebagai contoh: saat mengalami dermatitis kontak akibat alergi
perhiasan yang mengandung nikel masuk ke kulit dan berikatan dengan protein
endogen kemudian difagositosis sebagai antigen oleh makrofag kulit (sel
langerhans).
• Selanjutnya makrofag akan bermigrasi ke kelenjar limfe regional dan
ditempat tersebut antigen akan dipresentasikan ke sel T yang spesifik untuk
antigen tersebut. Sel T ini akan berproliferasi dan berdiferensiasi menjadi sel
T pembunuh dan sel TH1) sehingga dapat mencapai tempat pemajanan antigen dalam
jumlah besar terutama melalui darah).
3.
Proses Eliminasi Sisa Metabolisme
Sistem eliminasi adalah proses
pembuangan sisa metabolisme tubuh baik berupa urin atau bowel (feses). Eliminasi pada manusia digolongkan menjadi 2 macam, yaitu: Eliminasi urine dan eliminasi Alvi.
Eliminasi urine disebut juga Miksi. Miksi
adalah proses pengosongan kandung kemih bila kandung kemih terisi. Miksi ini sering disebut buang air kecil.
Anatomi tubuh manusia yang berfungsi dalam eliminasi urine ini antara lain
ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra.
Defekasi atau eliminasi alvi disebut juga buang air
besar, yaitu suatu tindakan atau proses
makhluk hidup untuk membuang kotoran atau tinja yang padat atau
setengah-padat yang berasal dari
sistem pencernaan.
4.
Proses Eliminai Sisa Pencernaan
Dalam bidang kesehatan, Eliminasi adalah proses
pembuangansisa metabolisme tubuh baik berupa urin atau bowel (feses).Eliminasi
pada manusiadigolongkan menjadi 2 macam, yaitu:
1. Defekasi
Buang air
besar atau defekasi adalah suatu tindakan atau proses makhluk hidupuntuk
membuang kotoran atau tinja yang padat atau setengah-padat yang berasaldari
sistem pencernaan (Dianawuri, 2009).
2. Miksi
Miksi adalah proses pengosongan kandung kemih bila kandung kemih
terisi. Miksi ini sering
disebut buang air kecil.
1)
Fisiologi Defekasi
Rektum
biasanya kosong sampai menjelang defekasi. Seorang yang mempunyai kebiasaan
teratur akan merasa kebutuhan membung air besar kira-kira pada waktu yang sama setiap
hari. Hal ini disebabkan oleh refleks gastro-kolika yang biasanyabekerja
sesudah makan pagi. Setelah makanan ini mencapai lambung dan setelahpencernaan
dimulai maka peristaltik di dalam usus terangsang, merambat ke kolon,dan sisa
makanan dari hari kemarinnya, yang waktu malam mencapai sekum mulai bergerak.
2)
Fisiologi
Miksi
Sistem
tubuh yang berperan dalam terjadinya proses eliminasi urine adalah
ginjal,ureter, kandung kemih, dan uretra. Proses ini terjadi dari dua langkah
utama yaitu : Kandung kemih secara progresif terisi sampai tegangan di
dindingnya meningkatdiatas nilai ambang, yang kemudian mencetuskan langkah
kedua yaitu timbul reflex saraf yang disebut refleks miksi (refleks berkemih)
yang berusaha mengosongkankandung kemih atau jika ini gagal, setidak-tidaknya
menimbulkan kesadaran akankeinginan untuk berkemih.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
eliminasi
Faktor-faktor
yang mempengaruhi defekasi antara lain:
1.
UMUR
Umur tidak hanya mempengaruhi karakteristik feses, tapi juga
pengontrolannya.Anak-anak tidak mampu mengontrol eliminasinya sampai sistem
neuromuskularberkembang, biasanya antara umur 2 – 3 tahun. Orang dewasa juga
mengalamiperubahan pengalaman yang dapat mempengaruhi proses pengosongan
lambung. Diantaranya adalah atony (berkurangnya tonus otot yang normal) dari
otot-otot poloscolon yang dapat berakibat pada melambatnya peristaltik dan
mengerasnya (mengering) feses, dan menurunnya tonus dari otot-otot perut yagn
juga menurunkantekanan selama proses pengosongan lambung. Beberapa orang dewasa
juga mengalami penurunan kontrol terhadap muskulus spinkter ani yang dapat
berdampak pada proses defekasi.
2.
DIET
Makanan adalah faktor utama yang mempengaruhi eliminasi
feses. Cukupnyaselulosa, serat pada makanan, penting untuk memperbesar volume
feses. Makanantertentu pada beberapa orang sulit atau tidak bisa dicerna.
Ketidakmampuan iniberdampak pada gangguan pencernaan, di beberapa bagian jalur
dari pengairanfeses. Makan yang teratur mempengaruhi defekasi. Makan yang tidak
teratur dapatmengganggu keteraturan pola defekasi. Individu yang makan pada
waktu yang samasetiap hari mempunyai suatu keteraturan waktu, respon fisiologi
pada pemasukanmakanan dan keteraturan pola aktivitas peristaltik di colon.
3.
CAIRAN
Pemasukan cairan juga mempengaruhi eliminasi feses. Ketika
pemasukan cairanyang adekuat ataupun pengeluaran (contoh: urine, muntah) yang
berlebihan untuk beberapa alasan, tubuh melanjutkan untuk mereabsorbsi air
dari chyme ketika ia lewat di sepanjang colon. Dampaknya chyme menjadi lebih
kering dari normal,menghasilkan feses yang keras. Ditambah lagi berkurangnya
pemasukan cairanmemperlambat perjalanan chyme di sepanjang intestinal, sehingga
meningkatkanreabsorbsi cairan dari chyme.
4.
FAKTOR PSIKOLOGI
Dapat dilihat bahwa stres dapat mempengaruhi defekasi.
Penyakit-penyakit tertentutermasuk diare kronik, seperti ulcus pada collitis,
bisa jadi mempunyai komponenpsikologi. Diketahui juga bahwa beberapa orang yagn
cemas atau marah dapatmeningkatkan aktivitas peristaltik dan frekuensi diare.
Ditambah lagi orang yagndepresi bisa memperlambat motilitas intestinal, yang
berdampak pada konstipasi.
5. GAYA HIDUP
Gaya hidup mempengaruhi eliminasi feses pada beberapa cara.
Pelathan buang airbesar pada waktu dini dapat memupuk kebiasaan defekasi pada
waktu yang teratur,seperti setiap hari setelah sarapan, atau bisa juga
digunakan pada pola defekasi yangireguler. Ketersediaan dari fasilitas toilet,
kegelisahan tentang bau, dan kebutuhanakan privacy juga mempengaruhi pola eliminasi
feses. Klien yang berbagi saturuangan dengan orang lain pada suatu rumah sakit
mungkin tidak inginmenggunakan bedpan karena privacy dan kegelisahan akan
baunya.
6.
OBAT - OBATAN
Beberapa obat memiliki efek samping yang dapat berpengeruh terhadap eliminasi yang
normal. Beberapa menyebabkan diare; yang lain seperti dosis yang besar
daritranquilizer tertentu dan diikuti dengan prosedur pemberian morphin dan
codein menyebabkan konstipasi. Laxative adalah obat yang merangsang aktivitas
usus dan memudahkan eliminasifeses. Obat-obatan ini melunakkan feses,
mempermudah defekasi.
5. Hormon – hormon yang terkait dengan eliminasi
Hormon-Hormon
yang Terkait dengan Eliminasi antara lain :
1. Hormon anti diuretic (ADH) duktus untuk meremeabilit
Dibentuk dalam nucleus supraoptik dan mengandung asam amino. Mekanisme kerja ADH adalah meningkatkan permeabilitas duktus untuk mereabsorpsi sebagian besar air yang disimpan dalam tubuh dan mempermudah difusi bebas air dari tubulus cairan tubuh kemudian diabsorpsi secara osmosis.
2. Mineralocorticoids
adalah hormon steroid glomerulosa zona
disekresikan oleh korteks adrenal. Mereka mengatur elektrolit dan keseimbangan
air dalam tubuh misalnya keringat, urin, empedu dan air liur. Aldosteron: 95%
dari kegiatan mineralokortikoid ada di rekening hormon ini. Sekresi aldosteron
dirangsang oleh peningkatan K + atau jatuh dalam Na + konsentrasi dan volume
darah. Aldosteron mengurangi Na + (dan Cl -) eliminasi dengan membantu dalam
reabsorpsi aktif dari nephric filtrat dengan bertindak lebih dari tubulus
distal dan tubulus convulated mengumpulkan.. Ini mempromosikan K + eliminasi
dan mengurangi kehilangan air. Jadi aldosteron menjaga keseimbangan elektrolit.
3. Hormone ovarium (estrogen dan progesteron), disekresi oleh ovarium akibat respons terhadap dua hormone dari kelenjar hipofisis.
Estrogen :Ø alami yang menonjol adalah estroidal (estrogen kuat), ovarium hanya membuat estrodiol merupakan produk degradasi (perubahan senyawa) steroid-steroid pada wanita yang tidak hamil, selama kehamilan diproduksi oleh plasenta. Estrogen beredar terikat pada protein plasma dan proses peningkatannya terjadi dalam hati yang melaksanakan peran ganda dalam metabolisme estrogen.
Urine wanita hamil benyak mengandung estrogen yang dihasilkan oleh plasenta.mekanisme aksi estrogen mengatur ekspresi gen tertentu dalam sel yang bekerja sebagai sasaran.
Progesteron : metabolism progesterone yang utama di dalamØ urine ialah pregnanediol (tidak aktif) dan pregnanetriol (perubahan korteks adrenal). Senyawa ini dibuang sebagai glucuronic (senyawa glikosid).
3. Hormone ovarium (estrogen dan progesteron), disekresi oleh ovarium akibat respons terhadap dua hormone dari kelenjar hipofisis.
Estrogen :Ø alami yang menonjol adalah estroidal (estrogen kuat), ovarium hanya membuat estrodiol merupakan produk degradasi (perubahan senyawa) steroid-steroid pada wanita yang tidak hamil, selama kehamilan diproduksi oleh plasenta. Estrogen beredar terikat pada protein plasma dan proses peningkatannya terjadi dalam hati yang melaksanakan peran ganda dalam metabolisme estrogen.
Urine wanita hamil benyak mengandung estrogen yang dihasilkan oleh plasenta.mekanisme aksi estrogen mengatur ekspresi gen tertentu dalam sel yang bekerja sebagai sasaran.
Progesteron : metabolism progesterone yang utama di dalamØ urine ialah pregnanediol (tidak aktif) dan pregnanetriol (perubahan korteks adrenal). Senyawa ini dibuang sebagai glucuronic (senyawa glikosid).
4. Prostaglandin
Prostagladin merupakan asam lemak yang ada pada jaringan yang berfungsi merespons radang, pengendalian tekanan darah, kontraksi uterus, dan pengaturan pergerakan gastrointestinal. Pada ginjal, asam lemak ini berperan dalam mengatur sirkulasi ginjal ( Frandson, 2003) Prostaglandin adalah sekelompok zat yang menyerupai hormon, seperti hormon mereka memainkan peran dalam berbagai proses fisiologis. Michael W. Davidson dari Florida State University: "Prostaglandin bertindak dengan cara yang mirip dengan hormon, dengan sel target merangsang ke dalam tindakan Namun, mereka berbeda dari hormon dalam bahwa mereka bertindak secara lokal, dekat situs mereka sintesis, dan mereka. dimetabolisme sangat cepat. Fitur lain yang tidak biasa adalah bahwa prostaglandin yang sama bertindak berbeda pada jaringan yang berbeda.
6.
Tanda dan Gejala gangguan eliminasi sisa metabolisme dan pencernaan
Gangguan/Masalah Kebutuhan Eliminasi Urine
a. retensi urine
retensi urine merupakan penumpukan urine dalam kandung kemih akibat
ketidakmampuan kandung kemihuntuk mengosongkan kandong kemih.
Tanda klinis
retensi:
o ketidaknyamanan
daerah pubis
o distensi vesika
urinaria
o ketidak
sanggupan untuk berkemih
o sering
berkemih, saat vesika urinaria berisi sedikit urine. ( 25-50 ml)
o ketidakseimbangan
jumlah urine yang dikeluarkan dengan asupannya
o meningkatkan
keresahan dan keinginan berkemih
o adanya urine
sebanyak 3000-4000 ml dalam kandung kemih.
Penyebab:
o operasi pada
daerah abdomen bawah, pelvis vesika urinaria
o trauma sum sum
tulang belakng
o tekanan uretra
yang tinggi karena otot detrusor yang lemah
o sphincter yang
kuat
o sumbatan
(striktur uretra dan pembesaran kelenjar prostat)
b. Inkontinesia Urine
merupakan ketidakmampuan otot spinkter eksternal sementara atau menetap
untuk mengontrol eksresi urin. Penyebab nya: proses penuaan (aging prodess),
pembesaran kelnjar prostat, serta penurunan kesadaran serta penggunaan obat
narkotik.
c. Enuresis
merupakan ketidaksanggupan menahan kemih (ngompol) yang di akibatkan tidak
mampu mengontrol sphincter eksterna. Biasanya enuresis terjadi pada anak atau
orang jompo.
Faktor penyebab:
o Kapasitas
vesika urinaria lebih besar dari normal
o Vesika urinaria
peka ransang, dan seterusnya tidak dapat menampung urine dalam jumlah besar
o Suasana
emosional yang tidak menyenangkan di rumah
o Infeksi saluran
kemih, perubahan fisik, atau neorologis sistem perkemihan
o Makanan yang
banyak mengandung garam dan mineral
o Anak yang takut
jalan gelap untuk ke kamar mandi.
d. Perubahan Pola Eliminasi
Urine
Merupakan keadaan seseorang yang mengalami gangguan pada eliminasi urine
karena obstruksi anatomis, kerusakan motorik sensorik, dan infeksi saluran
kemih. Perubahan pola eliminasi urin terdiri atas:
a.
frekuensi
b.
urgensi
c.
disuria
d.
poliuria
e.
urinaria
supresi.
Kebutuhan
Eliminasi Alvi (Buang Air Besar)
Sistem Yang
Berperan Dalam Eliminasi Alvi
sistem tubuh yang berperan dalam proses
eliminasi alvi (buang air besar) adalah sistem gastrointertinal yang meliputi
usus halus dan usus besar. Usus halus terdiri atas duodenum, jejunum, dan ileum
dengan panjang ± 6 m.
Proses Buang Air Besar (Defekasi)
Defekasi
adalah proses pengosongan usus yang sering disebut buang air besar.
Gangguan/ Masalah Eliminasi Alvi
a. konstipasi
merupan keadaan individu yang mengalami atau berisisko tinggi mengalami
stasis usus besar sehingga menimbulkan eliminasi yang jarang atau keras, serta
tinja yang keluar jadi terlalu kering dan keras.
Tanda klinis:
o adanya feses
yang keras
o defekasi kurang
dari 3 kali seminggu
o menurunnya
bising usus
o adanya keluhan
pada rektum
o nyeri pada saat
mengejan dan defekasi
o adanya perasaan
masih ada sisa feses
kemungkinan penyebab:
o defek
persarafan, kelemahan pelvis, immobilitas karena cidera serebrospinalis, dll
o pola defekasi yang
tidak teratur
o nyeri saat
defekasi karena hemorroid
o menurunnya
peristaltik karena stres psikologis
o penggunaan obat
seperti antasida
o proses menua/
usia lanjut
b. diare
merupakan keadaan individu yang mengalami atau berisiko sering mengalami
pengeluaran feses dalam bentuk cair.
Tanda klinis:
o adanya
pengeluaran feses cair
o frekuensi lebih
dari 3 kali sehari
o nyeri atau kram
abdomen
o bising usus
meningkat
kemungkinan
penyebab:
o malabsorpsi
atau inflamsi, proses infeksi
o peningkatan
peristaltik karean peningkatan metabolisme
o efek tindakan
pembedahan usus
o efek penggunaan
obat seperti antasida,antibiotik, dll
o stres
psikologis
c. inkontinensia
usus
merupakan keadaan individu yang mengalami perubahan kebiasaan dari proses
defekasi normal, hingga mengalami proses pengeluaran feses tak di sadari.
Tanda klinis:
o pengeluaran
feses yang tidak di kehendaki
kemungkinan penyebab:
o gangguan
sphincter rektal akibat cedera anus, pembedahan dll
o distensi rektum
berlebih
o kurangnya
kontrol sphincter akibat cedera medula spinalis, CVA dll
o kerusakan
kognitif
d. kembung
merupakan keadaan penuh udara dalam perut karena pengumpulan gas secara
berlebihan dalam lambung atau usus.
e. Hemorroid
Merupakan keadaan terjadinya pelebaran vena di daerah anus sebagai akibat
peningkatan tekanan di daerah anus yang dapat di sebabklan karena konstipasi,
peregangan saat defekasi dll
f. fecal impaction
merupakan massa feses keras dilipatan rektum yang di akibatkan oleh retensi
dan akumulasi materi feses yang berkepanjangan. Penyebab nya yaitu asupan
kurang, aktivitas kurang, diet rendah serat, dan kelemah tonus otot.
Faktor yang
mempengaruhi proses defekasi :
a. usia
b. diet
c. asupan cairan
d. aktivitas
e. pengobatan
f. gaya hidup
g. penyakit
h. nyeri
i. kerusakan
sensoris dan motoris
Tidak ada komentar:
Posting Komentar