Senin, 30 November 2015

KEBUTUHAN ELIMINASI (IDK)



PEMENUHAN KEBUTUHAN ELIMINASI SESUAI TUMBUH KEMBANG



1.     Anatomi dan Fisiologi Sistem Perkemihan (Urinaria)
 A. Pengertian Sistem Urinaria

Sistem perkemihan atau sistem urinaria, adalah suatu sistem dimana terjadinya proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih di pergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih).
B. Susunan Sistem Perkemihan atau Sistem Urinaria
1. GINJAL
Kedudukan ginjal terletak dibagian belakang dari kavum abdominalis di belakang peritonium pada kedua sisi vertebra lumbalis III, dan melekat langsung pada dinding abdomen.

Bentuknya seperti biji buah kacang merah (kara/ercis), jumlahnaya ada 2 buah kiri dan kanan, ginjal kiri lebih besar dari pada ginjal kanan.

Pada orang dewasa berat ginjal ± 200 gram. Dan pada umumnya ginjal laki – laki lebih panjang dari pada ginjal wanita.

Satuan struktural dan fungsional ginjal yang terkecil di sebut nefron. Tiap – tiap nefron terdiri atas komponen vaskuler dan tubuler. Komponen vaskuler terdiri atas pembuluh – pembuluh darah yaitu glomerolus dan kapiler peritubuler yang mengitari tubuli. Dalam komponen tubuler terdapat kapsul Bowman, serta tubulus – tubulus, yaitu tubulus kontortus proksimal, tubulus kontortus distal, tubulus pengumpul dan lengkung Henle yang terdapat pada medula.

Kapsula Bowman terdiri atas lapisan parietal (luar) berbentuk gepeng dan lapis viseral (langsung membungkus kapiler golmerlus) yang bentuknya besar dengan banyak juluran mirip jari disebut podosit (sel berkaki) atau pedikel yang memeluk kapiler secara teratur sehingga celah – celah antara pedikel itu sangat teratur.

Kapsula bowman bersama glomerolus disebut korpuskel renal, bagian tubulus yang keluar dari korpuskel renal disabut dengan tubulus kontortus proksimal karena jalannya yang berbelok – belok, kemudian menjadi saluran yang lurus yang semula tebal kemudian menjadi tipis disebut ansa Henle atau loop of Henle, karena membuat lengkungan tajam berbalik kembali ke korpuskel renal asal, kemudian berlanjut sebagai tubulus kontortus distal.

a. Bagian – Bagian Ginjal

Bila sebuh ginjal kita iris memanjang, maka aka tampak bahwa ginjal terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian kulit (korteks), sumsum ginjal (medula), dan bagian rongga ginjal (pelvis renalis).

1. Kulit Ginjal (Korteks)

Pada kulit ginjal terdapat bagian yang bertugas melaksanakan penyaringan darah yang disebut nefron. Pada tempat penyarinagn darah ini banyak mengandung kapiler – kapiler darah yang tersusun bergumpal – gumpal disebut glomerolus. Tiap glomerolus dikelilingi oleh simpai bownman, dan gabungan antara glomerolus dengan simpai bownman disebut badan malphigi

Penyaringan darah terjadi pada badan malphigi, yaitu diantara glomerolus dan simpai bownman. Zat – zat yang terlarut dalam darah akan masuk kedalam simpai bownman. Dari sini maka zat – zat tersebut akan menuju ke pembuluh yang merupakan lanjutan dari simpai bownman yang terdapat di dalam sumsum ginjal.

2. Sumsum Ginjal (Medula)

Sumsum ginjal terdiri beberapa badan berbentuk kerucut yang disebut piramid renal. Dengan dasarnya menghadap korteks dan puncaknya disebut apeks atau papila renis, mengarah ke bagian dalam ginjal. Satu piramid dengan jaringan korteks di dalamnya disebut lobus ginjal. Piramid antara 8 hingga 18 buah tampak bergaris – garis karena terdiri atas berkas saluran paralel (tubuli dan duktus koligentes). Diantara pyramid terdapat jaringan korteks yang disebut dengan kolumna renal. Pada bagian ini berkumpul ribuan pembuluh halus yang merupakan lanjutan dari simpai bownman. Di dalam pembuluh halus ini terangkut urine yang merupakan hasil penyaringan darah dalam badan malphigi, setelah mengalami berbagai proses.

3. Rongga Ginjal (Pelvis Renalis)

Pelvis Renalis adalah ujung ureter yang berpangkal di ginjal, berbentuk corong lebar. Sabelum berbatasan dengan jaringan ginjal, pelvis renalis bercabang dua atau tiga disebut kaliks mayor, yang masing – masing bercabang membentuk beberapa kaliks minor yang langsung menutupi papila renis dari piramid. Kliks minor ini menampung urine yang terus kleuar dari papila. Dari Kaliks minor, urine masuk ke kaliks mayor, ke pelvis renis ke ureter, hingga di tampung dalam kandung kemih (vesikula urinaria).

b. Fungsi Ginjal:
  1. Mengekskresikan zat – zat sisa metabolisme yang mengandung nitrogennitrogen, misalnya amonia.
  2. Mengekskresikan zat – zat yang jumlahnya berlebihan (misalnya gula dan vitamin) dan berbahaya (misalnya obat – obatan, bakteri dan zat warna).
  3. Mengatur keseimbangan air dan garam dengan cara osmoregulasi.
  4. Mengatur tekanan darah dalam arteri dengan mengeluarkan kelebihan asam atau basa.
2. URETER
Terdiri dari 2 saluran pipa masing – masing bersambung dari ginjal ke kandung kemih (vesika urinaria) panjangnya ± 25 – 30 cm dengan penampang ± 0,5 cm. Ureter sebagian terletak dalam rongga abdomen dan sebagian terletak dalam rongga pelvis.

Lapisan dinding ureter terdiri dari :
  • Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)
  • Lapisan tengah otot polos
  • Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa

Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan – gerakan peristaltik tiap 5 menit sekali yang akan mendorong air kemih masuk ke dalam kandung kemih (vesika urinaria).

Gerakan peristaltik mendorong urin melalui ureter yang dieskresikan oleh ginjal dan disemprotkan dalam bentuk pancaran, melalui osteum uretralis masuk ke dalam kandung kemih.

Ureter berjalan hampir vertikal ke bawah sepanjang fasia muskulus psoas dan dilapisi oleh pedtodinium. Penyempitan ureter terjadi pada tempat ureter terjadi pada tempat ureter meninggalkan pelvis renalis, pembuluh darah, saraf dan pembuluh sekitarnya mempunyai saraf sensorik.
3. VESIKULA URINARIA ( Kantung Kemih )
Kandung kemih dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet, terletak di belakang simfisis pubis di dalam ronga panggul.
Bentuk kandung kemih seperti kerucut yang dikelilingi oleh otot yang kuat, berhubungan ligamentum vesika umbikalis medius.

Bagian vesika urinaria terdiri dari :
  1. Fundus, yaitu bagian yang mengahadap kearah belakang dan bawah, bagian ini terpisah dari rektum oleh spatium rectosivikale yang terisi oleh jaringan ikat duktus deferent, vesika seminalis dan prostate.
  2. Korpus, yaitu bagian antara verteks dan fundus.
  3. Verteks, bagian yang maju kearah muka dan berhubungan dengan ligamentum vesika umbilikalis.
  4. Dinding kandung kemih terdiri dari beberapa lapisan yaitu, peritonium (lapisan sebelah luar), tunika muskularis, tunika submukosa, dan lapisan mukosa (lapisan bagian dalam).

Proses Miksi (Rangsangan Berkemih).

Distensi kandung kemih, oleh air kemih akan merangsang stres reseptor yang terdapat pada dinding kandung kemih dengan jumlah ± 250 cc sudah cukup untuk merangsang berkemih (proses miksi). Akibatnya akan terjadi reflek kontraksi dinding kandung kemih, dan pada saat yang sama terjadi relaksasi spinser internus, diikuti oleh relaksasi spinter eksternus, dan akhirnya terjadi pengosongan kandung kemih.

Rangsangan yang menyebabkan kontraksi kandung kemih dan relaksasi spinter interus dihantarkan melalui serabut – serabut para simpatis. Kontraksi sfinger eksternus secara volunter bertujuan untuk mencegah atau menghentikan miksi. kontrol volunter ini hanya dapat terjadi bila saraf – saraf yang menangani kandung kemih uretra medula spinalis dan otak masih utuh.

Bila terjadi kerusakan pada saraf – saraf tersebut maka akan terjadi inkontinensia urin (kencing keluar terus – menerus tanpa disadari) dan retensi urine (kencing tertahan).

Persarafan dan peredaran darah vesika urinaria, diatur oleh torako lumbar dan kranial dari sistem persarafan otonom. Torako lumbar berfungsi untuk relaksasi lapisan otot dan kontraksi spinter interna.

Peritonium melapis kandung kemih sampai kira – kira perbatasan ureter masuk kandung kemih. Peritoneum dapat digerakkan membentuk lapisan dan menjadi lurus apabila kandung kemih terisi penuh. Pembuluh darah Arteri vesikalis superior berpangkal dari umbilikalis bagian distal, vena membentuk anyaman dibawah kandung kemih. Pembuluh limfe berjalan menuju duktus limfatilis sepanjang arteri umbilikalis.
4. URETRA
Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih yang berfungsi menyalurkan air kemih keluar.

Pada laki- laki uretra bewrjalan berkelok – kelok melalui tengah – tengah prostat kemudian menembus lapisan fibrosa yang menembus tulang pubis kebagia penis panjangnya ± 20 cm.

Uretra pada laki – laki terdiri dari :
1. Uretra Prostaria
2. Uretra membranosa
3. Uretra kavernosa

Lapisan uretra laki – laki terdiri dari lapisan mukosa (lapisan paling dalam), dan lapisan submukosa.
Uretra pada wanita terletak dibelakang simfisis pubisberjalan miring sedikit kearah atas, panjangnya ± 3 – 4 cm. Lapisan uretra pada wanita terdiri dari Tunika muskularis (sebelah luar), lapisan spongeosa merupakan pleksus dari vena – vena, dan lapisan mukosa (lapisan sebelah dalam).Muara uretra pada wanita terletak di sebelah atas vagina (antara klitoris dan vagina) dan uretra di sini hanya sebagai saluran ekskresi.
C. Urine (Air Kemih)
1. Sifat – sifat air kemih
  • Jumlah eksresi dalam 24 jam ± 1.500 cc tergantung dari masuknya (intake) cairan serta faktor lainnya.
  • Warna bening muda dan bila dibiarkan akan menjadi keruh.
  • Warna kuning terantung dari kepekatan, diet obat – obatan dan sebagainya.
  • Bau khas air kemih bila dibiarkan terlalu lama maka akan berbau amoniak.
  • Berat jenis 1.015 – 1.020.
  • Reaksi asam bila terlalu lama akan menjadi alkalis, tergantung pada diet (sayur menyebabkan reaksi alkalis dan protein memberi reaksi asam).

2. Komposisi air kemih
  • Air kemih terdiri dari kira – kira 95 % air
  • Zat – zat sisa nitrogen dari hasil metabolisme protein asam urea, amoniak dan kreatinin
  • Elektrolit, natrium, kalsium, NH3, bikarbonat, fosfat dan sulfat
  • Pigmen (bilirubin, urobilin)
  • Toksin
  • Hormon

3. Mekanisme Pembentukan Urine

Dari sekitar 1200ml darah yang melalui glomerolus setiap menit terbentuk 120 – 125ml filtrat (cairan yang telah melewati celah filtrasi). Setiap harinyadapat terbentuk 150 – 180L filtart. Namun dari jumlah ini hanya sekitar 1% (1,5 L) yang akhirnya keluar sebagai kemih, dan sebagian diserap kembali.

4. Tahap – tahap Pembentukan Urine


a. Proses filtrasi

Terjadi di glomerolus, proses ini terjadi karena permukaan aferent lebih besar dari permukaan aferent maka terjadi penyerapan darah, sedangkan sebagian yang tersaring adalah bagian cairan darah kecuali protein, cairan yang tersaring ditampung oleh simpai bowman yang terdiri dari glukosa, air, sodium, klorida, sulfat, bikarbonat dll, diteruskan ke seluruh ginjal.

b. Proses reabsorpsi

Terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glukosa, sodium, klorida, fosfat dan beberapa ion karbonat. Prosesnya terjadi secara pasif yang dikenal dengan obligator reabsorpsi terjadi pada tubulus atas. Sedangkan pada tubulus ginjal bagian bawah terjadi kembali penyerapan dan sodium dan ion karbonat, bila diperlukan akan diserap kembali kedalam tubulus bagian bawah, penyerapannya terjadi secara aktif dikienal dengan reabsorpsi fakultatif dan sisanya dialirkan pada pupila renalis.

c. Augmentasi (Pengumpulan)

Proses ini terjadi dari sebagian tubulus kontortus distal sampai tubulus pengumpul. Pada tubulus pengumpul masih terjadi penyerapan ion Na+, Cl-, dan urea sehingga terbentuklah urine sesungguhnya.
Dari tubulus pengumpul, urine yang dibawa ke pelvis renalis lalu di bawa ke ureter. Dari ureter, urine dialirkan menuju vesika urinaria (kandung kemih) yang merupakan tempat penyimpanan urine sementara. Ketika kandung kemih sudah penuh, urine dikeluarkan dari tubuh melalui uretra.

4. Mikturisi

Peristiwa penggabungan urine yang mengalir melalui ureter ke dalam kandung kemih., keinginan untuk buang air kecil disebabkan penambahan tekanan di dalam kandung kemih dimana saebelumnmya telah ada 170 – 23 ml urine.

Mikturisi merupakan gerak reflek yang dapat dikendalikan dan dapat ditahan oleh pusat – pusat persyarafan yang lebih tinggi dari manusia, gerakannya oleh kontraksi otot abdominal yang menekan kandung kemih membantu mengosongkannya.

5. Ciri – ciri Urine Normal

Rata – rata dalam satu hari 1 – 2 liter, tapi berbeda – beda sesuai dengan jumlah cairan yang masuk. Warnanya bening oranye pucat tanpa endapan, baunya tajam, reaksinya sedikit asam terhadap lakmus dengan pH rata – rata 6.

2.     Anatomi dan Fisiologi Kulit 
Kulit merupakan organ tubuh yang terletak paling luar dan merupakan proteksi terhadap organ-organ yang terdapat dibawahnya dan membangun sebuah barrier yang memisahkan organ-organ internal dengan lingkungan luar dan turut berpartisipasi dalam banyak fungsi tubuh yang vital.

• Luas kulit orang dewasa 1,5 -2 m2 dengan berat kira-kira 15 % dari berat badan manusia
• Tebal bervariasi antara ½ - 3 mm.
• Kulit sangat kompleks, elastis dan sensitif bervariasi pada keadaan iklim, umur, sex, ras dan juga bergantung pada lokasi tubuh
Kulit dapat bergerak dan meregang tergantung pada :
• Tebal kulit
• Jumlah lipatan kulit
• Elastisitas kulit
• Perlekatan kulit dengan jaringan dibawahnya
• Umur individu.

Lapisan Kulit  terdiri dari :
-          Epidermis
-          Dermis
-          Jaringan subcutan.

EPIDERMIS
Terdiri dari 5 lapisan (stratum) berturut-turut dari atas ke bawah :
•Stratum corneum
•Stratum lucidum
•Stratum garanulosum
•Stratum spinosum/ spongiosum
•Stratum basale
Stratum Corneum
•Lapisan paling luar terdiri dari sel-sel gepeng dan tidak berinti lagi, sudah mati dan protoplasmanya telah berubah menjadi keratin.
•Makin keatas makin halus dan lama-lama terlepas dari kulit berupa sisik-sisik yang sangat halus.
•Diperkirakan, tubuh melepaskan 50-60 milyar keratinosit (korneosit) setiap hari
Stratum Lucidum
•Hanya terdapat pada kulit yang tebal.
•Mikroskop elektron menunjukkan bahwa sel-selnya sejenis dengan sel-sel yang berada di stratum corneum.

Stratum Granulosum
•Terdiri dari tiga sampai empat lapisan atau keratocytes yang dipipihkan.
•Keratocytes ini berperan besar terhadap susunan keratin di dalam lapisan atas epidermis.

Stratum Spinosum
•Terdiri atas beberapa lapis sel yang berbentuk poligonal yang besarnya berbeda-beda, karena adanya proses mitosis.
•Protoplasmanya jernih karena banyak mengandung glikogen dan inti terletak ditengah-tengah.
•Diantara sel spinosum terdapat sel langerhans  mengaktifkan sistem imun

Stratum Basale
•Lapisan terdalam epidermis
•10-20 % sel di stratum basale  melanin, sel warna untuk kulit (pigmen).àadalah melanocytes 
•Butiran melanin berkumpul pada permukaan setiap keratinocytes.

DERMIS
  Dermis membentuk bagian terbesar kulit dengan memberikan kekuatan dan struktur pada kulit. Lapisan ini tersusun dari dua lapisan yaitu :
- Lapisan papillaris yaitu bagian yang menonjol ke epidermis merupakan jaringan fibrous tersusun longgar yang berisi ujung serabut saraf dan pembuluh darah.
- Lapisan retikularis yaitu bagian di bawah lapisan papilaris yang menonjol ke arah subcutan, lebih tebal dan banyak jaringan ikat.
  Dermis juga tersusun dari pembuluh darah serta limfe, serabut saraf, kelenjar keringat serta sebasea dan akar rambut.

JARINGAN SUBCUTAN/ HIPODERMIS
  Merupakan lapisan kulit yang paling dalam. Lapisan ini terutama berupa jaringan adiposa yang memberikan bantalan antara lapisan kulit dan struktur internal seperti otot dan tulang. Jaringan subcutan dan jumlah lemak yang tertimbun merupakan faktor penting dalam pengaturan suhu tubuh.

ADNEKSA KULIT

1.) Kelenjar pada kulit

a. Kelenjar Sebasea
Kelenjar sebasea, berkaitan dengan folikel rambut, ductus kelenjar sebasea akan mengosongkan sekret minyaknya ke dalam ruangan antara folikel rambut dan batang rambut
untuk setiap lembar rambut terdapat sebuah kelenjar sebasea yang sekretnya akan melumasi rambut dan membuat rambut menjadi lunak serta lentur
b. Kelenjar keringat
–Ditemukan pada kulit sebagian besar permukaan tubuh. Kelenjar ini terutama terdapat pada telapak tangan dan kaki. Hanya glans penis, bagian tepi bibir (margo labium oris), telinga luar dan dasar kuku yang tidak mengandung kelenjar keringat

Kelenjar Keringat diklasifikasikan menjadi 2 :

1.   Kelenjar ekrin
- Ditemukan pada semua daerah kulit. Saluran keluarnya bermuara langsung ke permukaan kulit. Keringat dikeluarkan dari kelenjar ekrin sebagai reaksi terhadap kenaikan suhu sekitarnya dan kenaikan suhu tubuh.
2.    Kelenjar apokrin
Kelenjar apokrin terdapat di daerah aksila, anus, skrotum dan labia mayora. Kelenjar apokrin menjadi aktif pada pubertas. Kelenjar ini memproduksi keringat yang keruh dan diuraikan oleh bakteri sehingga menghasilkan bau yang khas.

2.) Rambut
    - Rambut terdiri atas akar rambut yang terbentuk dari dermis dan batang rambut yang menjulur keluar dari dalam kulit. Rambut tumbuh dalam sebuah rongga yang dinamakan folikel rambut. Proliferasi sel-sel dalam bulbus pili menyebabkan pembentukan rambut.

- Folikel rambut akan mengalami siklus pertumbuhan dan istirahat. Kecepatan pertumbuhan rambut bervariasi, pertumbuhan rambut janggut berlangsung paling cepat dan kecepatan pertumbuhan ini diikuti oleh rambut pada kulit kepala, aksila serta alis mata. Pada kulit kepala pertumbuhan rambut biasanya 3 mm perhari.

- Fase pertumbuhan (anagen) dapat berlangsung sampai selama 6 tahun untuk rambut kulit kepala, sementara fase istirahat (telogen) kurang lebih selama 4 bulan.
-  Selama fase telogen, rambut akan rontok dari tubuh.

3. Kuku
   - Kuku adalah bagian terminal lapisan tanduk (stratum corneum) yang menebal. Bagian kuku yang terbenam dalam kulit jari disebut akar kuku (nailroot), bagian yang terbuka di atas dasar jaringan lunak kulit pada ujung jari disebut badan kuku (nailplate) dan yang paling ujung adalah bagian kuku yang bebas. Kuku tumbuh dari akar kuku keluar dengan kecepatan tumbuh kira-kira 1 mm perminggu.

Fungsi Kulit :

Perlindungan (proteksi)
- Kulit melindungi tubuh dari segala pengaruh luar, misalnya bahan kimia, mekanis, bakteriologis dan lingkungan sekitarnya yang senantiasa berubah-ubah. Fungsi proteksi ini terutama dilakukan oleh stratum corneum, dalam hal ini juga dimungkinkan karena adanya bantalan lemak, tebalnya lapisan kulit dan serabut-serabut jaringan penunjang yang berperan sebagai pelindung terhadap gangguan fisis


Sensibilitas/fungsi sensori
- Ujung-ujung reseptor serabut saraf pada kulit memungkinkan tubuh untuk memantau secara terus menerus keadaan lingkungan disekitarnya. Fungsi utama reseptor pada kulit adalah untuk mengindera suhu, rasa nyeri, sentuhan yang ringan dan tekanan. Berbagai ujung saraf bertanggung jawab untuk bereaksi terhadap setiap stimuli yang berbeda. 

 Keseimbangan air
- Stratum corneum memiliki kemampuan untuk menyerap air dan dengan demikian akan mencegah kehilangan air serta elektrolit yang berlebihan dari bagian internal tubuh dan mempertahankan kelembaban dalam jaringan subkutan. Bila kulit mengalami kerusakan misalnya pada luka bakar, cairan dan elektrolit dalam jumlah yang besar dapat hilang dengan cepat.


  Pengaturan suhu (thermoregulator)
- Tubuh secara terus menerus akan menghasilkan panas sebagai hasil metabolisme makanan yang memproduksi energi. Panas ini akan hilang terutama lewat kulit.

  Fungsi komunikasi oleh ekspresi respon otonom.

    Produksi vitamin
- Kulit yang terpajan sinar ultraviolet dapat mengubah substansi yang diperlukan untuk mensintesis vitamin D (kolekalsiferol).

    Fungsi respons immun
- Beberapa sel dermal (sel langerhans, interleukin-1 yang memproduksi keratinosit dan sub kelompok limfosit T) merupakan komponen penting dalam sistem immun

Sistem immun lokal
   SALT (skin associated lymphatic tissue)
   MALT (mucosa associated lymphatic tissue)

SALT (Skin Associated Lymphatic Tissue)
   Struktur khusus SALT atau SIS (Skin associated immune system) yaitu:
- Antigen presenting sel (sel Langerhans, monosit, jaringan makrofag)
-  Sel efektor (Sel T, sel B, NK cells, granulosit, sel mast)
-  Keratinosit (produksi sitokin)


  • Kulit beserta struktur anatominya berperan sebagai pertahanan utama terhadap infeksi.
  • Sel Langerhans secara normal terdapat dikulit dan setelah diaktivasi akan berpindah ke nodus limfe dan kontak dengan sel T (sebagai pertahanan spesifik).
  • Sebagai contoh: saat mengalami dermatitis kontak akibat alergi perhiasan yang mengandung nikel masuk ke kulit dan berikatan dengan protein endogen kemudian difagositosis sebagai antigen oleh makrofag kulit (sel langerhans).

  • Selanjutnya makrofag akan bermigrasi ke kelenjar limfe regional dan ditempat tersebut antigen akan dipresentasikan ke sel T yang spesifik untuk antigen tersebut. Sel T ini akan berproliferasi dan berdiferensiasi menjadi sel T pembunuh dan sel TH1) sehingga dapat mencapai tempat pemajanan antigen dalam jumlah besar terutama melalui darah).

3. Proses Eliminasi Sisa Metabolisme
Sistem eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh baik berupa urin atau bowel (feses). Eliminasi pada manusia digolongkan menjadi 2 macam, yaitu: Eliminasi urine dan eliminasi Alvi.

Eliminasi urine disebut juga Miksi. Miksi adalah proses pengosongan kandung kemih bila kandung kemih terisi. Miksi ini sering disebut buang air kecil. Anatomi tubuh manusia yang berfungsi dalam eliminasi urine ini antara lain ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra.
Defekasi atau eliminasi alvi disebut juga buang air besar, yaitu suatu tindakan atau proses makhluk hidup untuk membuang kotoran atau tinja yang padat atau setengah-padat yang berasal dari sistem pencernaan.

4. Proses Eliminai Sisa Pencernaan
Dalam bidang kesehatan, Eliminasi adalah proses pembuangansisa metabolisme tubuh baik berupa urin atau bowel (feses).Eliminasi pada manusiadigolongkan menjadi 2 macam, yaitu:

1. Defekasi
Buang air besar atau defekasi adalah suatu tindakan atau proses makhluk hidupuntuk membuang kotoran atau tinja yang padat atau setengah-padat yang berasaldari sistem pencernaan (Dianawuri, 2009).

2. Miksi
Miksi adalah proses pengosongan kandung kemih bila kandung kemih terisi. Miksi ini sering disebut buang air kecil.

Fisiologi Dalam Eliminasi
  
     1)      Fisiologi Defekasi
Rektum biasanya kosong sampai menjelang defekasi. Seorang yang mempunyai kebiasaan teratur akan merasa kebutuhan membung air besar kira-kira pada waktu yang sama setiap hari. Hal ini disebabkan oleh refleks gastro-kolika yang biasanyabekerja sesudah makan pagi. Setelah makanan ini mencapai lambung dan setelahpencernaan dimulai maka peristaltik di dalam usus terangsang, merambat ke kolon,dan sisa makanan dari hari kemarinnya, yang waktu malam mencapai sekum mulai bergerak.

      2)      Fisiologi Miksi
Sistem tubuh yang berperan dalam terjadinya proses eliminasi urine adalah ginjal,ureter, kandung kemih, dan uretra. Proses ini terjadi dari dua langkah utama yaitu : Kandung kemih secara progresif terisi sampai tegangan di dindingnya meningkatdiatas nilai ambang, yang kemudian mencetuskan langkah kedua yaitu timbul reflex saraf yang disebut refleks miksi (refleks berkemih) yang berusaha mengosongkankandung kemih atau jika ini gagal, setidak-tidaknya menimbulkan kesadaran akankeinginan untuk berkemih.

Faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi

Faktor-faktor yang mempengaruhi defekasi antara lain:
         1.      UMUR
Umur tidak hanya mempengaruhi karakteristik feses, tapi juga pengontrolannya.Anak-anak tidak mampu mengontrol eliminasinya sampai sistem neuromuskularberkembang, biasanya antara umur 2 – 3 tahun. Orang dewasa juga mengalamiperubahan pengalaman yang dapat mempengaruhi proses pengosongan lambung. Diantaranya adalah atony (berkurangnya tonus otot yang normal) dari otot-otot poloscolon yang dapat berakibat pada melambatnya peristaltik dan mengerasnya (mengering) feses, dan menurunnya tonus dari otot-otot perut yagn juga menurunkantekanan selama proses pengosongan lambung. Beberapa orang dewasa juga mengalami penurunan kontrol terhadap muskulus spinkter ani yang dapat berdampak pada proses defekasi.

         2.      DIET
Makanan adalah faktor utama yang mempengaruhi eliminasi feses. Cukupnyaselulosa, serat pada makanan, penting untuk memperbesar volume feses. Makanantertentu pada beberapa orang sulit atau tidak bisa dicerna. Ketidakmampuan iniberdampak pada gangguan pencernaan, di beberapa bagian jalur dari pengairanfeses. Makan yang teratur mempengaruhi defekasi. Makan yang tidak teratur dapatmengganggu keteraturan pola defekasi. Individu yang makan pada waktu yang samasetiap hari mempunyai suatu keteraturan waktu, respon fisiologi pada pemasukanmakanan dan keteraturan pola aktivitas peristaltik di colon.
   
       3.      CAIRAN
Pemasukan cairan juga mempengaruhi eliminasi feses. Ketika pemasukan cairanyang adekuat ataupun pengeluaran (contoh: urine, muntah) yang berlebihan untuk beberapa alasan, tubuh melanjutkan untuk mereabsorbsi air dari chyme ketika ia lewat di sepanjang colon. Dampaknya chyme menjadi lebih kering dari normal,menghasilkan feses yang keras. Ditambah lagi berkurangnya pemasukan cairanmemperlambat perjalanan chyme di sepanjang intestinal, sehingga meningkatkanreabsorbsi cairan dari chyme.

  4.  FAKTOR PSIKOLOGI
Dapat dilihat bahwa stres dapat mempengaruhi defekasi. Penyakit-penyakit tertentutermasuk diare kronik, seperti ulcus pada collitis, bisa jadi mempunyai komponenpsikologi. Diketahui juga bahwa beberapa orang yagn cemas atau marah dapatmeningkatkan aktivitas peristaltik dan frekuensi diare. Ditambah lagi orang yagndepresi bisa memperlambat motilitas intestinal, yang berdampak pada konstipasi.

       5.    GAYA HIDUP
Gaya hidup mempengaruhi eliminasi feses pada beberapa cara. Pelathan buang airbesar pada waktu dini dapat memupuk kebiasaan defekasi pada waktu yang teratur,seperti setiap hari setelah sarapan, atau bisa juga digunakan pada pola defekasi yangireguler. Ketersediaan dari fasilitas toilet, kegelisahan tentang bau, dan kebutuhanakan privacy juga mempengaruhi pola eliminasi feses. Klien yang berbagi saturuangan dengan orang lain pada suatu rumah sakit mungkin tidak inginmenggunakan bedpan karena privacy dan kegelisahan akan baunya.

       6.    OBAT - OBATAN 
                  Beberapa obat memiliki efek samping yang dapat berpengeruh terhadap eliminasi yang normal. Beberapa menyebabkan diare; yang lain seperti dosis yang besar daritranquilizer tertentu dan diikuti dengan prosedur pemberian morphin dan codein menyebabkan konstipasi. Laxative adalah obat yang merangsang aktivitas usus dan memudahkan eliminasifeses. Obat-obatan ini melunakkan feses, mempermudah defekasi.

5. Hormon – hormon yang terkait dengan eliminasi
Hormon-Hormon yang Terkait dengan Eliminasi antara lain :

1. Hormon anti diuretic (ADH) duktus untuk meremeabilit
Dibentuk dalam nucleus supraoptik dan mengandung asam amino. Mekanisme kerja ADH adalah meningkatkan permeabilitas duktus untuk mereabsorpsi sebagian besar air yang disimpan dalam tubuh dan mempermudah difusi bebas air dari tubulus cairan tubuh kemudian diabsorpsi secara osmosis.

2. Mineralocorticoids
adalah hormon steroid glomerulosa zona disekresikan oleh korteks adrenal. Mereka mengatur elektrolit dan keseimbangan air dalam tubuh misalnya keringat, urin, empedu dan air liur. Aldosteron: 95% dari kegiatan mineralokortikoid ada di rekening hormon ini. Sekresi aldosteron dirangsang oleh peningkatan K + atau jatuh dalam Na + konsentrasi dan volume darah. Aldosteron mengurangi Na + (dan Cl -) eliminasi dengan membantu dalam reabsorpsi aktif dari nephric filtrat dengan bertindak lebih dari tubulus distal dan tubulus convulated mengumpulkan.. Ini mempromosikan K + eliminasi dan mengurangi kehilangan air. Jadi aldosteron menjaga keseimbangan elektrolit.

3. Hormone ovarium (estrogen dan progesteron), disekresi oleh ovarium akibat respons terhadap dua hormone dari kelenjar hipofisis.
 Estrogen :
Ø alami yang menonjol adalah estroidal (estrogen kuat), ovarium hanya membuat estrodiol merupakan produk degradasi (perubahan senyawa) steroid-steroid pada wanita yang tidak hamil, selama kehamilan diproduksi oleh plasenta. Estrogen beredar terikat pada protein plasma dan proses peningkatannya terjadi dalam hati yang melaksanakan peran ganda dalam metabolisme estrogen.
Urine wanita hamil benyak mengandung estrogen yang dihasilkan oleh plasenta.mekanisme aksi estrogen mengatur ekspresi gen tertentu dalam sel yang bekerja sebagai sasaran.
 Progesteron : metabolism progesterone yang utama di dalam
Ø urine ialah pregnanediol (tidak aktif) dan pregnanetriol (perubahan korteks adrenal). Senyawa ini dibuang sebagai glucuronic (senyawa glikosid).

4. Prostaglandin
Prostagladin merupakan asam lemak yang ada pada jaringan yang berfungsi merespons radang, pengendalian tekanan darah, kontraksi uterus, dan pengaturan pergerakan gastrointestinal. Pada ginjal, asam lemak ini berperan dalam mengatur sirkulasi ginjal ( Frandson, 2003) Prostaglandin adalah sekelompok zat yang menyerupai hormon, seperti hormon mereka memainkan peran dalam berbagai proses fisiologis. Michael W. Davidson dari Florida State University: "Prostaglandin bertindak dengan cara yang mirip dengan hormon, dengan sel target merangsang ke dalam tindakan Namun, mereka berbeda dari hormon dalam bahwa mereka bertindak secara lokal, dekat situs mereka sintesis, dan mereka. dimetabolisme sangat cepat. Fitur lain yang tidak biasa adalah bahwa prostaglandin yang sama bertindak berbeda pada jaringan yang berbeda.

6. Tanda dan Gejala gangguan eliminasi sisa metabolisme dan pencernaan
Gangguan/Masalah Kebutuhan Eliminasi Urine

       a.      retensi urine
retensi urine merupakan penumpukan urine dalam kandung kemih akibat ketidakmampuan kandung kemihuntuk mengosongkan kandong kemih.

Tanda klinis retensi:
o   ketidaknyamanan daerah pubis
o   distensi vesika urinaria
o   ketidak sanggupan untuk berkemih
o   sering berkemih, saat vesika urinaria berisi sedikit urine. ( 25-50 ml)
o   ketidakseimbangan jumlah urine yang dikeluarkan dengan asupannya
o   meningkatkan keresahan dan keinginan berkemih
o   adanya urine sebanyak 3000-4000 ml dalam kandung kemih.

Penyebab:
o   operasi pada daerah abdomen bawah, pelvis vesika urinaria
o   trauma sum sum tulang belakng
o   tekanan uretra yang tinggi karena otot detrusor yang lemah
o   sphincter yang kuat
o   sumbatan (striktur uretra dan pembesaran kelenjar prostat)

      b.      Inkontinesia Urine
merupakan ketidakmampuan otot spinkter eksternal sementara atau menetap untuk mengontrol eksresi urin. Penyebab nya: proses penuaan (aging prodess), pembesaran kelnjar prostat, serta penurunan kesadaran serta penggunaan obat narkotik.
 
      c.       Enuresis
merupakan ketidaksanggupan menahan kemih (ngompol) yang di akibatkan tidak mampu mengontrol sphincter eksterna. Biasanya enuresis terjadi pada anak atau orang jompo.
            Faktor penyebab:
o   Kapasitas vesika urinaria lebih besar dari normal
o   Vesika urinaria peka ransang, dan seterusnya tidak dapat menampung urine dalam jumlah besar
o   Suasana emosional yang tidak menyenangkan di rumah
o   Infeksi saluran kemih, perubahan fisik, atau neorologis sistem perkemihan
o   Makanan yang banyak mengandung garam dan mineral
o   Anak yang takut jalan gelap untuk ke kamar mandi.

      d.      Perubahan Pola Eliminasi Urine
Merupakan keadaan seseorang yang mengalami gangguan pada eliminasi urine karena obstruksi anatomis, kerusakan motorik sensorik, dan infeksi saluran kemih. Perubahan pola eliminasi urin terdiri atas:
      a.    frekuensi
      b.    urgensi
      c.    disuria
      d.    poliuria
      e.    urinaria supresi.

Kebutuhan Eliminasi Alvi (Buang Air Besar)

Sistem Yang Berperan Dalam Eliminasi Alvi
           
            sistem tubuh yang berperan dalam proses eliminasi alvi (buang air besar) adalah sistem gastrointertinal yang meliputi usus halus dan usus besar. Usus halus terdiri atas duodenum, jejunum, dan ileum dengan panjang ± 6 m.

            Proses Buang Air Besar (Defekasi)
            Defekasi adalah proses pengosongan usus yang sering disebut buang air besar.

            Gangguan/ Masalah Eliminasi Alvi
     a.    konstipasi
merupan keadaan individu yang mengalami atau berisisko tinggi mengalami stasis usus besar sehingga menimbulkan eliminasi yang jarang atau keras, serta tinja yang keluar jadi terlalu kering dan keras.
Tanda klinis:
o   adanya feses yang keras
o   defekasi kurang dari 3 kali seminggu
o   menurunnya bising usus
o   adanya keluhan pada rektum
o   nyeri pada saat mengejan dan defekasi
o   adanya perasaan masih ada sisa feses
    
      kemungkinan penyebab:
o   defek persarafan, kelemahan pelvis, immobilitas karena cidera serebrospinalis, dll
o   pola defekasi yang tidak teratur
o   nyeri saat defekasi karena hemorroid
o   menurunnya peristaltik karena stres psikologis
o   penggunaan obat seperti antasida
o   proses menua/ usia lanjut

      b.    diare
merupakan keadaan individu yang mengalami atau berisiko sering mengalami pengeluaran feses dalam bentuk cair.
Tanda klinis:
o   adanya pengeluaran feses cair
o   frekuensi lebih dari 3 kali sehari
o   nyeri atau kram abdomen
o   bising usus meningkat

     kemungkinan penyebab:
o   malabsorpsi atau inflamsi, proses infeksi
o   peningkatan peristaltik karean peningkatan metabolisme
o   efek tindakan pembedahan usus
o   efek penggunaan obat seperti antasida,antibiotik, dll
o   stres psikologis

     c.    inkontinensia usus
merupakan keadaan individu yang mengalami perubahan kebiasaan dari proses defekasi normal, hingga mengalami proses pengeluaran feses tak di sadari.
Tanda klinis:
o   pengeluaran feses yang tidak di kehendaki
kemungkinan penyebab:
o   gangguan sphincter rektal akibat cedera anus, pembedahan dll
o   distensi rektum berlebih
o   kurangnya kontrol sphincter akibat cedera medula spinalis, CVA dll
o   kerusakan kognitif

    d.    kembung
merupakan keadaan penuh udara dalam perut karena pengumpulan gas secara berlebihan dalam lambung atau usus.

    e.    Hemorroid
Merupakan keadaan terjadinya pelebaran vena di daerah anus sebagai akibat peningkatan tekanan di daerah anus yang dapat di sebabklan karena konstipasi, peregangan saat defekasi dll

f.    fecal impaction
merupakan massa feses keras dilipatan rektum yang di akibatkan oleh retensi dan akumulasi materi feses yang berkepanjangan. Penyebab nya yaitu asupan kurang, aktivitas kurang, diet rendah serat, dan kelemah tonus otot.

Faktor yang mempengaruhi proses defekasi :

a.    usia
b.    diet
c.    asupan cairan
d.    aktivitas       
e.    pengobatan
f.    gaya hidup
g.    penyakit
h.    nyeri
i.     kerusakan sensoris dan motoris


Tidak ada komentar:

Posting Komentar