PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT SESUAI
TUMBUH KEMBANG
1. KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
Kebutuhan
cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolisme tubuh
membutuhkan perubahan yang tetap untuk melakukan respons terhadap keadaan
fisiologis dan lingkungan.
Komposisi
Cairan Tubuh
Cairan tubuh terdiri dari air (pelarut) dan substansi terlarut (zat terlarut)
1. Air
Air adalah senyawa utama dari tubuh manusia. Jumlah air sekitar 73% dari bagian tubuh seseorang tanpa jaringan lemak (lean body mass).
Cairan tubuh terdiri dari air (pelarut) dan substansi terlarut (zat terlarut)
1. Air
Air adalah senyawa utama dari tubuh manusia. Jumlah air sekitar 73% dari bagian tubuh seseorang tanpa jaringan lemak (lean body mass).
2. Solut (substansi terlarut)
Selain air, cairan tubuh mengandung dua jenis substansi terlarut (zat terlarut) yaitu berupa elektrolit dan non-elektrolit.
Massa tubuh total :
Fluids (cairan) dan solids
1. Pada perempuan, fluids = 55 % dan solids = 45 % 2. Pada laki-laki, fluids = 60 % dan solids = 40%
Macam – macam cairan :
1.
ICF (INTRA
CELLULAR FLUID) / CIS= di dalam sel
Cairan Intraselular (CIS) = 40%
dari BB total
Adalah cairan yang terkandung di dalam sel. Pada orang dewasa kira-kira 2/3 dari cairan tubuh adalah intraselular, sama kira-kira 25 L pada rata-rata pria dewasa (70 kg). Sebaliknya, hanya ½ dari cairan tubuh bayi adalah cairan intraselular.
Adalah cairan yang terkandung di dalam sel. Pada orang dewasa kira-kira 2/3 dari cairan tubuh adalah intraselular, sama kira-kira 25 L pada rata-rata pria dewasa (70 kg). Sebaliknya, hanya ½ dari cairan tubuh bayi adalah cairan intraselular.
2.
ECF(EXTRA
CELLULAR FLUID) / CES = di luar sel
Cairan Ekstraselular (CES) = 20%
dari BB total
Adalah cairan diluar sel. Ukuran relatif dari (CES) menurun dengan peningkatan usia. Pada bayi baru lahir, kira-kira ½ cairan tubuh terkandung didalam CES. Setelah 1 tahun, volume relatif dari CES menurun sampai kira-kira 1/3 dari volume total. Ini hampir sebanding dengan 15 L dalam rata-rata pria dewasa (70 kg).
Adalah cairan diluar sel. Ukuran relatif dari (CES) menurun dengan peningkatan usia. Pada bayi baru lahir, kira-kira ½ cairan tubuh terkandung didalam CES. Setelah 1 tahun, volume relatif dari CES menurun sampai kira-kira 1/3 dari volume total. Ini hampir sebanding dengan 15 L dalam rata-rata pria dewasa (70 kg).
·
CES, ciri –
cirinya adalah :
-
Plasma, di dalam
pembuluh darah
-
Cairan
interstisial :
1.
Cairan limfe (di
bagian limfe)
2.
Cairan
serebrospinal (di bagian otak)
3.
Cairan synovial
(di persendian, contohnya pada lutut)
4.
Aqueous humor
& vitreousbody ( di mata)
5.
Endolimfe,
perilimfe
6.
Cairan pleura,
pericardium, peritoneum
·
Pertukaran
cairan dan elektrolit, terdiri dari :
1.
Filtrasi
(penyaringan)
2.
Reabsorpsi
(penyerapan kembali)
3.
Difusi ( pertukaran
oksigen dari konsentrasi tinggi ke rendah)
4.
Osmosis ( dari
konsentrasi rendah ke tinggi)
PROSES TRANSPORT
1.
DIFUSI (
Pertukaran O2 ), faktor – faktor yang mempengaruhi :
a)
Suhu berbanding
lurus
b)
Konsentrasi
partikel berbanding lurus
c)
Ukuran molekul berbanding
terbalik
d)
Berat molekul
dari partikel berbanding terbalik
e)
Area permukaan
yang tersedia untuk difusi (luas permukaan membran) berbanding lurus (antara
luar dan dalam tidak lebih)
f)
Jarak lintas
dimana massa partikel harus berdifusi berbanding terbalik
2.
OSMOSIS adalah gerakan air melewati membran
semipermiabel dari area dengan konsentrasi zat terlarut rendah ke area dengan
konsentrasi zat terlarut tinggi.
·
Kecepatan
osmosis dipengaruhi oleh :
1.
Konsentrasi
solut di dalam larutan
2.
Suhu larutan
3.
Muatan listrik
solut
4.
Perbedaan antara
tekanan osmosis yang dikeluarkan oleh larutan
Macam – macam sifat larutan :
1.
Isotonik :
osmolalitasnya sama dengan plasma darah
2.
Hipotonik :
konsentrasi solut lebih rendah dari plasma sehingga air masuk (berpindah) ke
dalam sel
3.
Hipertonik :
konsentrasi solut lebih besar dari plasma, air keluar dari dalam sel
3.
TRANSPORT AKTIF
Difusi
sederhana tidak akan terjadi jika tak ada listrik atau
gradien konsentrasi yang dibutuhkan
sehingga diperlukan energi untuk bisa menyalurkan ke seluruh tubuh.
4. FILTRASI
Gerakan air dan zat terlarut dari area dengan tekanan
hidrostatik tinggi ke area dengan tekanan hidrostatik rendah.
Ø Sumber – sumber cairan :
1)
INPUT, terdiri
dari :
-
Metabolik 200 ml
-
Makanan 700 ml
-
Minum 1600 ml
2)
OUTPUT, terdiri
dari :
-
GIT 100 ml
-
Kulit 600 ml
-
Ginjal 1500 ml
2. HORMON –
HORMON TERKAIT DENGAN KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
Hormon –
hormon yang terkait dengan keseimbangan cairan dan elektrolit yaitu :
1.)
ADH
Hormon
utama yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit adalah ADH dan
Aldosteron. Keadaan kekurangan air akan meningkatkan osmolitas darah dan
keadaan ini akan direspon oleh kelenjar hipofisis dengan melepaskan ADH. ADH
akan menurunkan produksi urine dengan cara meningkatkan reabsorpsi air oleh
tubulus ginjal.
2.)
ALDOSTERON
Aldosteron
merupakan suatu mineralokortikoid yang diproduksi oleh korteks adrenal.
Aldosteron mengatur keseimbangan natrium dan kalium dengan menyebabkan tubulus
ginjal mengekskresi kalium dan mengabsorpsi natrium. Akibatnya, air juga akan
direabsorpsi dan dikembalikan ke volume darah. Kekurangan volume cairan,
misalnya karena perdarahan atau kehilangan cairan pencernaan dapat mensekresi
aldosteron ke dalam darah.
3.)
GLUKOKORTIKOID
Hormon
kelas tiga, Glukokortikoid, memengaruhi keseimbangan air dan elektrolit.
Sekresi hormon glukokortikoid secara normal tidak menyebabkan ketidakseimbangan
cairan utama, namun kelebihan hormon di
dalam sirkulasi dapat menyebabkan tubuh menahan natrium dan air yang kita kenal
sebagai sindrom Cushing.
3. KESEIMBANGAN
ASAM DAN BASA
KESEIMBANGAN ASAM BASA
dalam tubuh :
- Keseimbangan asam basa adalah homeostasis dari kadar ion hidrogen dalam tubuh
- Kadar normal ion hidrogen (H) arteri adalah: 4x10-8 atau pH = 7,4 (7,35 – 7,45)
- Asidosis = asidemia → kadar pH darah < 7,35 Alkalemia = alkalosis → kadar pH darah > 7,45
- Kadar pH darah < 6,8 atau > 7,8 tidak dapat diatasi oleh tubuh
Sistem Buffer Tubuh
- Sistem buffer ECF → asam karbonat-bikarbonat (NaHCO3 dan H2CO3)
- Sistem buffer ICF → fosfat monosodium-disodium (Na2HPO4 dan NaH2PO4)
- Sistem buffer ICF eritrosit → oksihemoglobin-hemoglobin (HbO2- dan HHb)
- Sistem buffer ICF dan ECF → protein (Pr- dan HPr)
- [HCO3-] → faktor metabolik, dikendalikan ginjal
- pCO2 → faktor respiratorik, dikendalikan paru
- pH 6,1 → efek buffer dari asam karbonat-bikarbonat
- Selama perbandingan [HCO3-] : PaCO2 = 20 : 1 → pH darah selalu = 6,1 + 1,3 = 7,4
Gangguan Asam Basa darah
- Asidosis metabolik [HCO3-] ↓ dikompensasi dengan PaCO2 ↓
- Alkalosis metabolik [HCO3-] ↑ dikompensasi dengan PaCO2↑
- Asidosis respiratorik PaCO2↑ dikompensasi dengan [HCO3-] ↑
- Alkalosis respiratorik PaCO2↓ dikompensasi dengan [HCO3-] ↓
Asidosis Metabolik
- Ciri: [HCO3-] ↓ < 22mEq/L dan pH < 7,35 → kompensasi dengan hiperventilasi pCO2 ↓ , kompensasi akhir ginjal → ekskresi H+, sebagai NH4+ atau H3PO4
- Penyebab: Penambahan asam terfiksasi: ketoasidosis diabetik, asidosis laktat (henti jantung atau syok), overdosis aspirin Gagal ginjal mengekskresi beban asam Hilangnya HCO3- basa → diare
- Gejala Asidosis Metabolik Tidak jelas dan asimptomatis Kardiovaskuler: disritmia, penurunan kontraksi jantung, vasodilatasi perifer dan serebral Neurologis: letargi, stupor, koma Pernafasan: hiperventilasi (Kussmal) Perubahan fungsi tulang: osteodistrofi ginjal (dewasa) dan retardasi pada anak
- Penatalaksanaan Asidosis Metabolik Tujuan: meningkatkan pH darah hingga ke kadar aman (7,20 hingga 7,25) dan mengobati penyakit dasar NaHCO3 dapat digunakan bila pH < 7,2 atau [HCO3-] < 15mEq/L
- Risiko NaHCO3 yang berlebihan: penekanan pusat nafas, alkalosis respiratorik, hipoksia jaringan, alkalosis metabolik, hipokalsemia, kejang, tetani Alkalosis Metabolik Ciri: [HCO3-] ↑ > 26mEq/L dan pH > 7,45 → kompensasi dengan hipoventilasi pCO2 ↑, kompensasi akhir oleh ginjal → ekskresi [HCO3-] yang berlebihan
Penyebab:
a)
Hilangnya H+ (muntah, diuretik, perpindahan H+ dari ECF ke ICF pada
hipokalemia)
b)
Retensi [HCO3-] (asidosis metabolik pasca hiperkapnia)
Gejala Alkalosis Metabolik
- Gejala dan tanda tidak spesifik
- Kejang dan kelemahan otot → akibat hipokalemia dan dehidrasi
- Disritmia jantung, kelainan EKG → hipokalemi
- Parestesia, kejang otot → hipokalsemia
Asidosis Respiratorik
- Ciri: PaCO2 ↑ > 45mmHg dan pH < 7,35 → kompensasi ginjal retensi dan peningkatan [HCO3-]
- Penyebab: hipoventilasi (retensi CO2), inhibisi pusat nafas (overdosis sedatif, henti jantung), penyakit dinding dada dan otot nafas (fraktur costae, miastemia gravis), gangguan pertukaran gas (COPD), obstruksi jalan nafas atas
- Gejala Asidosis Respiratorik Tidak spesifik Hipoksemia (dominan) → asidosis respiratorik akut akibat obstruksi nafas Somnolen progresif, koma → asidosis respiratorik kronis Vasodilatasi serebral → meningkatkan ICV → papiledema dan pusing
- Penatalaksanaan Asidosis Respiratorik Pemulihan ventilasi yang efektif sesegera mungkin → pemberian O2 dan mengobati penyebab penyakit dasar PaO2 harus ditingkatkan > 60mmHg dan pH > 7,2
Alkalosis Respiratorik
- Ciri: penurunan pCO2 < 35mmHg dan peningkatan pH serum >7,45 → kompensasi ginjal meningkatkan ekskresi HCO3-
- Penyebab: hiperventilasi (tersering psikogenik karena stress dan kecemasan), hipoksemia (pneumonia, gagal jantung kongestif, hipermetabolik (demam), stroke, stadium dini keracunan aspirin, septikemia
Gejala Alkalosis Respiratorik
- Hiperventilasi (kadar gas, frekuensi nafas)
- Menguap, mendesak, merasa sulit bernafas
- Kecemasan: mulut kering, palpitasi, keletihan, telapak tangan dan kaki dingin dan berkeringat
- Parastesia, otot berkedut, tetani
- Vasokontriksi serebal → hipoksia cerebral → kepala dingin dan sulit konsentrasi
4. TANDA DAN
GEJALA GANGGUAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
Gangguan
Keseimbangan Cairan :
1. Dehidrasi
2. Syok hipovolemik
1. Dehidrasi
2. Syok hipovolemik
Gangguan Keseimbangan Elektrolit :
1. HIPONATREMIA
Definisi : kadar Na+ serum di bawah normal (< 135 mEq/L)
Causa : CHF, gangguan ginjal dan sindroma nefrotik, hipotiroid, penyakit Addison
Tanda dan Gejala :
• Jika Na plasma turun 10 mEq/L dalam beberapa jam, pasien mungkin mual, muntah, sakit kepala dan keram otot.
• Jika Na plasma turun 10 mEq/L dalam satu jam, bisa terjadi sakit kepala hebat, letargi, kejang, disorientasi dan koma.
• Mungkin pasien memiliki tanda-tanda penyakit dasar (seperti gagal jantung, penyakit Addison).
• Jika hiponatremia terjadi sekunder akibat kehilangan cairan, mungkin ada tanda-tanda syok seperti hipotensi dan takikardi.
2. HIPERNATREMIA
Definisi : Na+ serum di atas normal (>145 mEq/L)
Causa : Kehilangan Na+ melalui ginjal misalnya pada terapi diuretik, diuresis osmotik, diabetes insipidus, sekrosis tubulus akut, uropati pasca obstruksi, nefropati hiperkalsemik; atau karena hiperalimentasi dan pemberian cairan hipertonik lain.
Tanda dan Gejala : iritabilitas otot, bingung, ataksia, tremor, kejang dan koma yang sekunder terhadap hipernatremia.
5. PROSES
KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
ASKEP pada Masalah
Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
A. Pengkajian Keperawatan
Riwayat Keperawatan
Pengakajian
keperawatan pada masalah kebutuhan cairan dan elektrolit meliputi jumlah asupan
cairan yang dapat diukur melalui jumlah pemasukan secara oral, parenteral atau
enteral. Jumlah pengeluaran
dapat diukur melalui jumlah produksi urine, feses, muntah atau pengeluaran
lainnya, status kehilangan/kelebihan cairan dan perubahan berat badan yang
dapat menentukan tingkat dehidrasi.
Faktor yang Berhubungan Meliputi faktor-faktor yang memepengaruhi masalah kenutuhan cairan seperti sakit, diet, lingkungan, usia perkembangan dan penggunaan obat.
B. Diagnosis Keperawatan
1.) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan:
Pengeluraran urine secara berlebihan akibat penyakit diabetes mellitus atau lainnya; peingkatan permeabilitas kapiler dan hilangnya evaporasi pada pasien luka bakar atau meningkatnya kecepatan metabolism; pengeluaran cairan secara berlebihan; asupan cairan yang tidak adekuat serta pendarahan.
2.) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan:
Penurunan mekanisme regulator akibat kelaiann pada ginjal; penurunan curah jantung akibat penyakit jantung; gangguan aliran balik vena akibat penyakit vascular perifer atau thrombus; retensi natrium dan air akibat terapi kostikosteroid serta tekanan osmotic koloid yang rendah.
C. Perencanaan Keperawatan
Tujuan:
mempertahankan volume cairan dalam keadaan seimbang.
Rencana tindakan:
1. Monitor jumlah asupan dan pengeluaran cairan serta perubahan status keseimbangan cairan.
2. Pertahankan keseimbangan cairan. Bila kekurangan volume cairan lakukan:
- Rehidrasi oral atau parenteral sesuia dengan kebutuhan
- Monitor kadar elektrolit darah seperti urea nitrogen darah, urine, serum, osmolaritas, kreatinin, hematokrit dan Hb.
- Hilangkan factor penyebab kekurangan volume cairan, seperti muntah, dengan cara memberikan minum secara sedikit-sedikit tapi sering atau dengan memberikan teh.
- Kurangi konstriksi pembuluh darah seperti pada penggunaan kaos kaki yang ketat.
3. Lakukan mobilisasi melalui pengaturan posisi.
4. Anjurkan cara mempertahankan keseimbangan cairan.
D. Pelaksanaan (Tindakan) Keperawatan
Pemberian cairan melalui infus
Merupakan
tindakan keperawatan yang dilakukan dengan cara memasukkan cairan melalui
intravena dengan abntuan infuse set, bertujuan memenuhi kebutuhan cairan dan
elektrolit serta sebagai tindakan pengobatan dan pemberian makan.
Alat dan bahan: standar infuse, infuse set, cairan sesuai dengan kebutuhan pasien, jarum infuse/abocath atau sejenisnya sesuai dengan ukuran, pengalas, tourniquet/pembendung, kapas alcohol 70%, plester, gunting, kasa steril, betadineTM dan sarung tangan.
Alat dan bahan: standar infuse, infuse set, cairan sesuai dengan kebutuhan pasien, jarum infuse/abocath atau sejenisnya sesuai dengan ukuran, pengalas, tourniquet/pembendung, kapas alcohol 70%, plester, gunting, kasa steril, betadineTM dan sarung tangan.
1. Dewasa :
Tetesan/Menit = Jumlah cairan yang masuk
Lamanya infus (jam) x 3
Contoh: seorang pasien dewasa memerlukan rehidrasi dengan 1000 ml (2 botol) infuse dalam waktu satu jam, maka tetesan permenit adalah:
Jumlah Tetesan/Menit = 1000 = 20 tetes/menit
Lamanya infus (jam) x 3
Contoh: seorang pasien dewasa memerlukan rehidrasi dengan 1000 ml (2 botol) infuse dalam waktu satu jam, maka tetesan permenit adalah:
Jumlah Tetesan/Menit = 1000 = 20 tetes/menit
2. Anak :
Tetesan/Menit = Jumlah cairan yang masuk
Lamanya infus (jam)
Contoh: seorang pasien neonatus memerlukan rehidrasi dengan 250 ml infuse dalam waktu 2 jam, maka tetesan permenit adalah:
Jumlah Tetesan/Menit = 250 = 125 tetes mikro/menit
Tetesan/Menit = Jumlah cairan yang masuk
Lamanya infus (jam)
Contoh: seorang pasien neonatus memerlukan rehidrasi dengan 250 ml infuse dalam waktu 2 jam, maka tetesan permenit adalah:
Jumlah Tetesan/Menit = 250 = 125 tetes mikro/menit
Prosedur kerja:
Cuci tangan; jelaskan prosedur yang akan dilakukan; hubungkan cairan dan infus set dengan menusukkan ke dalam botol infuse (cairan); isi cairan ke dalam infus set dengan menekan bagian ruang tetesan hingga ruangan tetesan terisi sebagian dan buka penutup hingga selang terisi dan udaranya keluar; letakkan pengalas; lakukan pembendungan dengan tourniquet; gunakan sarung tangan; desinfeksi daerah yang akan ditusuk; lakukan penusukan dengan arah jarum ke atas; cek apakah sudah mengenai vena (cirinya adalah darah keluar melalui jarum infus/abocath); tarik jarum infuse dan hubungkan dengan selang infuse; buka tetesan; lakukan desinfeksi dengan betadine TM dan tutup dengan kasa steril; beri tanggal dan jam pelaksanaan infus pada plester; lalu cuci tangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar